Bagaimana Upaya Remaja Lepas Total dari Kecanduan Media Sosial
TEKNOLOGI berkembang semakin pesat. Informasi mengalir kian cepat. Namun, kemampuan orang, terutama remaja, untuk berpikir fokus justru melambat. Media sosial dianggap pangkal perkaranya.
Kecanduan media sosial membuat remaja susah fokus. Menurut laporan terbaru dari Common Sense Media, remaja lebih aktif mendapatkan notifikasi sebanyak 237 notifikasi setiap hari, membuat mereka menjadi tidak fokus. Jadi, bagaimanakah cara mengatasinya?
Dilansir laman Healthline, yang perlu kamu lakukan adalah mengambil lebih banyak jeda dan menetapkan batasan yang tegas untuk diri sendiri. Rutinitas ini akan membantumu mencegah ketergantungan yang berlebihan pada media sosial sebelum menjadi berbahaya.
“Penting juga untuk beristirahat secara teratur dari media sosial untuk membantu menemukan apa yang lebih penting dalam kehidupan nyata,” sebut healthline.com.
Namun ada beberapa kekhawatiran tentang dampak dari notifikasi sosial media. Sebab, notifikasi dapat mengganggu. Berdasarkan laporan tadi, sekitar 200 remaja dari usia 11 hingga 17 tahun yang menggunakan alat komunikasi mereka, menerima sekitar 25% notifikasi selama berada di lingkungan sekolah.
Psikolog John Duffy mengakui keakuratan temuan laporan tersebut. Dia menekankan juga bahwa generasi digital native cenderung lebih rajin membuka ponsel mereka karena notifikasi menarik perhatian mereka. Fokus pun teralihkan. Lepas dari notifikasi media sosial cukup sulit dilakukan, tapi bukan tidak mungkin.
“Saya bekerja dengan remaja dan dewasa muda selama sekitar 40 jam seminggu. … Penelitian ini membuahkan hasil 100%,” kata John Duffy, seperti dikutip edition.cnn.com.
Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa ponsel pintar telah menjadi ‘pendamping setia’ bagi para remaja. Rata-rata mereka memeriksa ponselnya lebih dari 100 kali tiap hari. Bagi banyak orang, perangkat ini dianggap sangat diperlukan dan sulit dilepaskan.
Para peserta dalam penelitian ini mengungkapkan ketergantungan mereka terhadap sosial media untuk meredakan emosi mereka. Salah satu aplikasi yang disebut dalam penelitian ini adalah TikTok.
Remaja di penelitian ini memakainya lebih dari tujuh jam sehari. TikTok digambarkan sebagai aplikasi yang sangat adiktif. “Algoritma TikTok sangat membuat ketagihan. Itu lah yang membuatmu tenggelam,” kata salah perwakilan organisasi pemuda.
Beberapa mereka justru mengutarakan hal sebaliknya. Seorang siswa mengatakan bahwa perasaannya menjadi bebas saat tidak memainkan ponsel.
“Ketika saya kehilangan ponsel saya… Saya tidak memiliki ponsel selama seminggu, dan momen itu luar biasa. Dengan tidak memiliki ponsel, beban yang ada di pundakmu serasa hilang. Hal ini hampir membebaskanmu.”
Penggunaan ponsel yang berlebihan, ditambah dengan tekanan untuk merespons notifikasi, sering kali menimbulkan kecemasan bagi para remaja.
Selain itu, laporan di atas juga menganjurkan agar orang dewasa turun tangan membantu remaja mengembangkan kebiasaan menggunakan ponsel ke arah yang lebih sehat.
Pendiri dan CEO Common Sense Media, James P. Steyer, menjelaskan bahwa keterlibatan orang dewasa sangat penting. Mereka dapat memberi batasan dan teguran ke perusahaan teknologi agar lebih serius dalam melindungi kesehatan anak-anak.
Ada satu fakta yang menggembirakan dalam temuan ini. “Sangat jelas bahwa remaja berjuang untuk mengatur penggunaan ponsel mereka yang berdampak serius pada kemampuan mereka untuk fokus dan kesehatan mental secara keseluruhan,” kata Steyer. **