Inflasi Oktober 2023 Terjaga, Penting Menjaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Menjelang Akhir Tahun 2023

Inflasi yang masih terkendali pada bulan Oktober 2023 didukung oleh deflasi pada sebagian komoditas, antara lain telur ayam ras, bawang merah, minyak goreng, cumi-cumi, dan air kemasan dengan andil masing-masing sebesar -0,042%; -0,032%; -0,024%; -0,012%; dan -0,011%. Penurunan harga telur ayam ras dipengaruhi oleh permintaannya yang terjaga rendah pada periode low demand September – Oktober 2023.

Lebih lanjut, penurunan harga bawang merah disebabkan oleh berlanjutnya periode panen bawang merah di Brebes yang dihasilkan dari penanaman bulan Juni – Juli 2023, meski terdapat tendensi kenaikan harga bawang merah sejak akhir Oktober 2023 seiring No. 25/1150/Bdl/Srt/B dengan berakhirnya periode panen.

Sementara itu, penurunan harga minyak goreng sejalan dengan masuknya periode puncak panen untuk TBS kelapa sawit. Adapun penurunan harga cumi-cumi sejalan dengan masih berlangsungnya musim panen sejak September 2023, pasca mengalami kenaikan harga pada Mei – Juni 2023.

NTP Provinsi Lampung pada Oktober 2023 tercatat sebesar 114,45, meningkat 0,89% (mtm) jika dibandingkan dengan 113,45 pada bulan sebelumnya. Kenaikan NTP ini terutama didorong oleh kenaikan NTP untuk Subsektor Hortikultura dan Tanaman Pangan sejalan dengan kenaikan harga aneka cabai dan beras. Meski NTP Provinsi Lampung secara umum tercatat di atas 100, NTP subsektor Peternakan dan Perikanan Budidaya masih berada di bawah 100, yaitu masing-masing 98,95 dan 99,54.

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK gabungan kota di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 3±1% (yoy) sampai dengan akhir tahun 2023. Namun demikian, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa (i) Shock aggregate demand di tengah kondisi excess liquidity, kenaikan UMP tahun 2023, dan momen tahun politik.; dan (ii) risiko rendahnya capaian pemulihan daya beli masyarakat yang berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi inti di kemudian hari akibat respon penurunan volume produksi pelaku usaha sebagai bentuk efisiensi. Sementara itu dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), adalah (i) risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam, terutama pada November – Desember 2023; (ii) risiko El Nino yang tengah terjadi pada Agustus s.d. bulan Oktober
2023; dan (iii) risiko outflow beras di Lampung akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa.

Tulis Komentar Anda