Yogyakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan sektor Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) untuk tumbuh sebesar 6,59% pada tahun 2025. Target ini sejalan dengan proyeksi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang memperkirakan sektor industri pengolahan nonmigas akan tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yakni antara 7,29% hingga 8,84% pada periode 2025 hingga 2029.
Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, mengungkapkan bahwa sektor IKFT akan terus didorong untuk berkontribusi terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 8% dalam lima tahun ke depan. Sektor IKFT sendiri diharapkan dapat tumbuh dari 6,59% pada 2025 menjadi 7,97% pada 2027 dan 7,59% pada 2029.
“Untuk mencapai target ini, kami akan mengandalkan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dengan target pertumbuhan sebesar 7,98% hingga 9,33%. Selain itu, sektor industri barang galian bukan logam juga akan didorong dengan pertumbuhan 8,36% hingga 8,74%,” kata Reni dalam sambutannya pada acara Outlook Sektor IKFT 2025 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada Selasa (17/12).
Pada kuartal III 2024, sektor IKFT mencatatkan pertumbuhan 4,2% dibandingkan kuartal sebelumnya, dan tumbuh 3,70% secara year-on-year (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh sektor industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh 7,43%, industri kulit dan alas kaki yang tumbuh 10,15%, serta industri karet dan plastik yang tumbuh 3,46%.
Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian nasional, sektor IKFT diproyeksikan dapat meningkat dari 3,62% pada 2025 menjadi 3,86% pada 2029. Subsektor yang diharapkan memberikan kontribusi terbesar adalah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, dengan kontribusi yang diperkirakan mencapai 1,44% hingga 1,62%, serta industri tekstil dan pakaian jadi yang diproyeksikan memberikan kontribusi 1,07% hingga 1,09%.
Kontribusi sektor IKFT terhadap perekonomian nasional pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 3,86%. Rinciannya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional memberikan kontribusi sebesar 1,76%, sementara industri tekstil dan pakaian jadi memberikan kontribusi sebesar 0,88%.
Di sisi ekspor, sektor IKFT relatif stabil dengan nilai ekspor mencapai USD 34,0 miliar pada Januari hingga September 2024, hampir sama dengan periode yang sama pada tahun 2023. Sementara itu, impor sektor ini sedikit meningkat menjadi USD 34,8 miliar.
Dalam hal investasi, pada periode Januari hingga September 2024, sektor IKFT menerima investasi sebesar Rp 116,53 triliun, dengan investasi terbesar terkonsentrasi pada industri bahan kimia dan barang kimia, yang mencapai Rp 51,3 triliun. Utilisasi sektor IKFT pada September 2024 tercatat sebesar 62%.
“Upaya kami untuk mendorong pertumbuhan sektor IKFT ini didasarkan pada potensi besar industri kimia, farmasi, dan tekstil yang dapat meningkatkan daya saing nasional, serta memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia,” pungkas Reni.