Refleksi Akhir Tahun, Saatnya Benahi Pendidikan Negeri

Pergantian tahun tinggal menghitung hari, sementara itu jika menoleh ke belakang selama setahun ini telah banyak problem yang menimpa negeri. Dalam bidang pendidikan sendiri masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah bagi Pemerintah lantaran maraknya kasus bullying, tawuran antar pelajar, pelecehan seksual dan kasus korupsi (Suap menyuap) lainnya justru lahir di bangku sekolah dan kampus.

Sejumlah kebijakan yang diberlakukan pun belum mampu mengurai problem dan malah berpotensi melanggengkan problem. Seperti kasus suap menyuap untuk bisa diterima sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri, beli bangku di sekolah menengah tingkat pertama maupun tingkat atas, belum lagi pengelolaan anggaran pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian artinya ketika pendidikan diharapkan untuk mencetak generasi penerus yang handal, maka harapan itu jauh panggang dari api. Belum lagi kebijakan yang memperbolehkan kampus bekerja sama dengan dunia industri yang justru berpotensi besar bagi kampus untuk dapat dikuasai oleh korporasi. Akibatnya mereka dapat secara leluasa menentukan arah kurikulum sesuai kepentingan industri. Hal ini dapat mengubah arah pendidikan dari mencetak generasi intelektual menjadi orientasi pekerjaan.

Sementara itu, alih-alih melakukan evaluasi dan perbaikan justru para pengelola pendidikan, baik dari tingkat pusat, daerah, para pejabat, politisi, pengusaha dan juga tokoh, justru memberikan contoh dan mengajari hal-hal yang tidak baik terhadap perilaku dalam dunia pendidikan, seperti yang baru-baru ini terjadi di kampus kebanggaan masyarakat Lampung dengan di Tangkap Tangannya Rektor Unila.

Berbagai tanggapan, akan kasus ini sesungguhnya adalah bentuk komitmen untuk menjaga generasi bangsa dari kerusakan. Sebab pendidikan tanpa pengelolaan yang baik, tanpa didasari akhlak dan Budi pekerti yang baik, justru dapat melahirkan generasi rapuh serta memiliki kepribadian yang buruk. Mereka cerdas namun bermental illness dan tak beradab.

Generasi semacam ini jika menerima amanah kepemipinan mereka justru mengambil hak rakyat, menjual aset negara, abai atas kesejahteaan rakyat dan berpotensi menjadi penghianat negara. Maka agama memiliki peran penting untuk melahirkan generasi yang kelak dapat diserahi amanah memimpin negeri.

Sebab agama mengajarkan bahwa semesta dan segala isinya termasuk manusia adalah milik pencipta, maka konsekuensinya manusia harus tunduk pada aturan Allah. Ketundukan ini artinya menanggalkan dorongan nafsu dalam melakukan perbuatan sehingga yang ada hanyalah dorongan takwa. Ketakwaan kepada Allah mustahil mendorong seseorang melakukan korupsi, bersikap serakah, abai atas urusan rakyat, dan sebagainya.

Maka yang dibutuhkan negeri ini adalah generasi emas untuk mengantarkan umat pada peradaban mulia. Oleh karenanya sistem penerimaan mahasiswa, pengelolaan anggaran pendidikan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum.

Oleh karenanya momen pergantian tahun adalah momen muhasabah untuk pendidikan Indonesia lebih baik lagi sehingga negeri ini menjadi negeri yang diberkahi yakni negeri yang ‘baldatun thoyibatun warobbun ghofur’. Wallahu ‘alam bisshowab.

Penulis: Pinnur Selalau.

Tulis Komentar Anda