Permintaan Tinggi, Harga Bahan Pokok di Bandar Lampung Naik Jelang Tahun Baru

Bandar Lampung – Menjelang pergantian tahun, harga sejumlah bahan pokok di pasar tradisional Bandar Lampung mengalami kenaikan yang signifikan. Fenomena ini dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung, Wilson Faishol, mengungkapkan bahwa kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas utama seperti telur ayam, bawang merah, cabai, dan daging ayam.

“Kami terus memantau pergerakan harga melalui UPT di pasar-pasar Bandar Lampung. Kenaikan ini memang disebabkan oleh lonjakan permintaan yang biasa terjadi selama libur besar seperti Natal dan Tahun Baru,” kata Wilson saat dikonfirmasi pada Jumat (27/12).

Kepala Dinas Perdagangan Bandar Lampung, Wilson Faisol | Foto: Sinta Yuliana / Lampung Geh
Kepala Dinas Perdagangan Bandar Lampung, Wilson Faisol. Foto: Lampung Geh

Berdasarkan data dari situs resmi Siaga Bahan Pokok milik Pemkot Bandar Lampung, harga bawang merah saat ini mencapai Rp 39 ribu per kilogram, naik Rp 2 ribu dari sebelumnya.

Kenaikan juga terjadi pada telur ayam, yang kini dijual di kisaran Rp 28-29 ribu per kilogram, naik dari harga sebelumnya sekitar Rp 26 ribu.

“Telur ayam naik ke Rp 28-29 ribu per kilogram. Begitu pula dengan bawang merah dan cabai yang mengalami kenaikan sekitar Rp 1-2 ribu per kilogram,” jelas Wilson.

Sementara itu, daging ayam mencatat kenaikan harga yang cukup signifikan, kini berada di kisaran Rp 37 ribu per kilogram, naik sekitar Rp 4 ribu.

Wilson menambahkan, selain tingginya permintaan, kondisi cuaca buruk juga menjadi salah satu penyebab kenaikan harga. Distribusi bahan pokok dari daerah penyangga seperti Jawa terganggu akibat cuaca ekstrem.

“Cuaca buruk menghambat pengiriman dari daerah penyangga, sehingga stok bahan pokok menipis, sementara permintaan di pasar tetap tinggi,” ujarnya.

Tak hanya itu, hasil pertanian seperti sayuran juga terdampak oleh pergantian musim di akhir tahun, yang memengaruhi produksi dan ketersediaan.

“Kondisi ini wajar terjadi karena faktor musim dan cuaca. Daerah penyangga sering menghadapi keterlambatan pengiriman saat cuaca buruk,” tutup Wilson.

Tulis Komentar Anda