Washington – Pemerintah China sepakat menangguhkan pembatasan ekspor tambahan untuk logam tanah jarang dan menghentikan penyelidikan terhadap perusahaan chip asal Amerika Serikat. Kesepakatan ini diumumkan Gedung Putih pada Sabtu (1/11) sebagai bagian dari perjanjian dagang baru antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Dilansir Reuters, langkah ini menjadi babak baru dalam upaya meredakan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang selama beberapa tahun terakhir terlibat perang dagang.
Dalam perjanjian tersebut, China akan menerbitkan lisensi umum ekspor untuk sejumlah komoditas penting, termasuk tanah jarang, galium, germanium, antimon, dan grafit. Gedung Putih menyebut langkah itu dilakukan “demi kepentingan pengguna akhir AS dan pemasok mereka di seluruh dunia.” Dengan demikian, kontrol ekspor yang diberlakukan Beijing sejak April 2025 dan Oktober 2022 akan dicabut.
Sebagai imbalannya, Amerika Serikat akan menangguhkan sebagian tarif balasan terhadap China selama satu tahun, termasuk menunda rencana penerapan tarif 100 persen atas ekspor asal China yang sebelumnya dijadwalkan berlaku pada November. Washington juga memperpanjang masa berlaku pengecualian tarif Bagian 301 hingga 10 November 2026.
Pertemuan tatap muka antara Trump dan Xi di sela kesepakatan ini merupakan yang pertama sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden. Langkah tersebut dinilai sebagai upaya menstabilkan hubungan jangka pendek di tengah tensi perdagangan yang sempat mengguncang pasar global.
Menurut keterangan resmi Gedung Putih, Beijing juga setuju menghentikan kontrol ketat terhadap ekspor magnet tanah jarang, sementara AS akan mencabut pembatasan tambahan terhadap perusahaan-perusahaan asal China. Selama ini, dominasi China dalam pemrosesan mineral tanah jarang kerap digunakan sebagai alat tawar dalam konflik dagang.
Selain itu, AS akan menurunkan tarif produk terkait fentanil dari 20 persen menjadi 10 persen. Sebagai balasan, China berkomitmen kembali membeli kedelai dan produk pertanian dari Amerika Serikat, dengan volume pembelian mencapai 12 juta metrik ton pada musim ini dan minimal 25 juta metrik ton per tahun selama tiga tahun ke depan.
“Begitu kami melihat implementasinya, kami akan menyingkirkan 10 persen sisanya,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One, Jumat (31/10).
Kesepakatan ini juga membuka jalan bagi pabrik produsen chip asal Belanda, Nexperia BV, untuk kembali beroperasi di China. Langkah ini diharapkan mampu meredakan kekhawatiran terkait pasokan chip yang berdampak pada industri otomotif global.
Meski demikian, sejumlah pengamat menilai perjanjian ini masih bersifat sementara. Masa berlaku yang hanya satu tahun dianggap sebagai gencatan senjata jangka pendek dalam perang dagang panjang antara kedua negara.
Beberapa isu strategis memang telah dibahas dan masing-masing pihak memperoleh konsesi penting. Namun, kesepakatan ini belum menyentuh akar persoalan utama, termasuk isu geopolitik seperti Taiwan dan konflik Rusia–Ukraina.
Dalam kesempatan yang sama, Trump juga mengonfirmasi bahwa pemerintahannya telah menyetujui rencana pembelian operasi aplikasi TikTok milik ByteDance Ltd. oleh konsorsium AS. Namun, Beijing disebut belum memberikan persetujuan resmi atas penjualan tersebut.
Trump menambahkan, kerja sama kedua negara juga akan diperluas ke sektor energi, dengan menyebut bahwa China sepakat membeli minyak dan gas dari Alaska.