Jakarta – Pemerintah masih berupaya menuntaskan persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. Salah satu langkah yang kini dimatangkan adalah negosiasi restrukturisasi utang dengan pihak China sebagai mitra utama proyek tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan pemerintah tengah menyiapkan sejumlah skema pembiayaan baru, termasuk kemungkinan dukungan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Pemerintah, melalui APBN, pasti akan menjadi bagian dalam penyelesaian pembiayaan ini. Namun detailnya akan disampaikan kemudian. Yang jelas, kita berbicara soal infrastruktur strategis, dan negara harus hadir di sana,” ujar AHY di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (3/11).
AHY menegaskan, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar pemerintah segera memberikan kepastian dan solusi konkret terhadap pembiayaan proyek Whoosh. Pemerintah, kata dia, kini mengkaji berbagai opsi restrukturisasi, termasuk pembagian tanggung jawab di antara para pihak yang terlibat.
“Ada sejumlah opsi yang sedang dibahas, termasuk pemisahan antara aspek operasional yang berorientasi pada profit dan pengelolaan infrastruktur. Prinsipnya akan ada sharing responsibility atau burden sharing agar pengelolaannya lebih efisien dan berkeadilan,” jelasnya.
Terkait negosiasi dengan pihak China, AHY menegaskan pembicaraan masih berlangsung dan dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan hasil terbaik bagi Indonesia.
“Ada banyak aspek yang sedang dinegosiasikan. Kami tidak ingin tergesa-gesa mengumumkan detailnya. Proses ini memerlukan ruang dan waktu agar hasilnya optimal. Prinsipnya, negosiasi ini harus yang terbaik untuk Indonesia,” tegas AHY.
Penurunan Jumlah Penumpang Whoosh

Di tengah proses restrukturisasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penumpang kereta cepat Whoosh mengalami penurunan signifikan pada September 2025.
Jumlah penumpang turun 11,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi salah satu penurunan tertinggi di sektor perkeretaapian nasional.
“Penurunan jumlah penumpang terjadi di seluruh moda kereta api — mulai dari komuter Jabodetabek, kereta non-Jabodetabek, bandara, MRT, LRT, hingga kereta cepat Whoosh,” tulis laporan Berita Resmi Statistik BPS, Senin (3/11).
Pada September, jumlah penumpang Whoosh tercatat sebanyak 473.600 orang, turun dari 533.900 penumpang pada Agustus. Meski terjadi perlambatan secara bulanan, secara kumulatif sektor perkeretaapian masih mencatat pertumbuhan positif.
Namun demikian, dalam periode Januari–September 2025, BPS mencatat pertumbuhan jumlah penumpang Whoosh hanya 3,56 persen, menjadi yang paling rendah dibanding moda kereta api lainnya.
Pemerintah berharap, melalui restrukturisasi pembiayaan dan pengelolaan yang lebih efisien, proyek kereta cepat Whoosh dapat beroperasi lebih berkelanjutan serta memberikan manfaat ekonomi yang sepadan dengan investasi besar yang telah dikeluarkan.