Oleh: Gino Vanollie
Qatar menjadi negara peserta pertama putaran final Piala Dunia 2022 yang tersingkir untuk masuk babak 16 besar, setelah kalah dua kali secara beruntun di fase group. Pada pertandingan pertama Minggu (20/11/2022) kalah 2-0 dengan Ekuador, kemudian dihajar 3-1 oleh Senegal pada Jumat malam (25/11/2022).
Sebagai salah satu wakil Asia di Piala Dunia, nasib Qatar berbeda dengan Arab Saudi dan Jepang, yang berhasil membuat kejutan dengan mengalahkan tim unggulan Argentina dan Jerman.
Memang, perjalanan Qatar menuju Piala Dunia 2022 berbeda dengan tim tim dari negara lain. Qatar lolos karena ditunjuk menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022. Sedangkan peserta lain harus berjuang dari babak kualifikasi yang keras, berat dan tentu melelahkan.
Semestinya ada keuntungan berlipat yang didapatkan Qatar karena lolos otomatis. Selain punya waktu yang sangat memadai untuk melakukan persiapan, pemain juga dapat terhindar dari kemungkinan cidera, karena kerasnya persaingan menuju putaran Final Piala Dunia.
Menjadi tuan rumah, Qatar juga sangat diuntungkan dengan kondisi lingkungan yang tentu sudah sangat familiar dan adaptif, juga sudah sangat hafal dengan kondisi lapangan yang akan dipakai pertandingan. Dukungan penonton yang membludak juga menjadi suport energi tersendiri. Kemewahan seperti ini jelas tidak dimiliki oleh tim peserta lainnya.
Lantas kenapa dengan segala keuntungan dan kemewahan sebagai tuan rumah ini, tidak mampu membantu Qatar lolos dari fase group. Ini yang perlu kita telisik lebih jauh dan menjadi pembelajaran bagi Indonesia, yang sebentar lagi menjadi Tuan Rumah Gelaran Piala Dunia U20.
Sebagai salah satu kontestan Piala Dunia, “modal” Qatar nampaknya tidak cukup memadai. Pertama, kalau kita lihat dari rangking FIFA 2022, Qatar berada di posisi 50an, jauh dibawah wakil Asia lainya seperti Iran, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi dan juga Australia.
Kedua, rangking kompetisi Liga Teratas Qatar di Asia, juga masih kalah dengan Liga Arab, Jepang, Korea Selatan maupun Liga Arab Saudi. Hal ini menunjukkan kualitas kompetisi liga domestik Qatar belum yang terbaik.
Ketiga, dari data yang ada masih relatif sedikit pemain pemain Timnas Qatar yang mampu menembus kompetisi liga terbaik didunia, utamanya di Eropa. Ini sangat berbeda dengan Timnas Jepang, Korsel, dan Australia.
Dengan demikian, kita bisa mengatakan Qatar gagal bersaing di Piala Dunia 2022 ini dikarenakan modal yang dimiliki belum cukup memadai. Pemain pemain Timnas Qatar belum cukup modal untuk bersaing lebih jauh di kompetisi tingkat dunia. Level kompetisi domestik, kualitas tim maupun kualitas individu setiap pemain belum mampu memberi bekal untuk menapaki kejuaraan yang demikian keras dan berat. Gelaran Piala Dunia betul betul menuntut kemampuan skill, taktik dan strategi yang benar benar kualitas dunia.
Belajar dari sinilah, maka Timnas U20 Indonesia yang akan ikut berkompetisi pada gelaran Piala Dunia U20 2023 harus benar-benar bersiap secara maksimal untuk membangun sebuah tim yang berkualitas dunia. Tanpa itu, bukan tidak mungkin bernasib sama dengan Timnas Qatar.
Hal ini karena jejak perjalanan Timnas U20 Garuda Muda, menuju gelaran Piala Dunia nyaris sama, hanya berbeda dalam hal usia. Dimana Qatar di kelompok timnas senior, sedangkan Indonesia di kelompok Usia 20.
Padahal kita tahu, sekalipun Qatar belum sebaik Jepang, Korsel dan Arab Saudi, tapi Rangking FIFA Timnasnya sudah jauh di atas kita. Demikian juga level kompetisi domestiknya, Qatar termasuk 5 terbaik di Asia, sedangkan level kompetisi kita hanya menduduki rangking 25an.
Oleh karena itu, jika kita ingin Timnas U20 mampu melangkah lebih jauh, tidak sekedar numpang lewat hanya karena dapat keistimewaan ditunjuk menjadi Tuan Rumah sehingga lolos secara otomatis, maka persiapan matang mesti dilakukan. Pemilihan pemain mesti dilakukan dengan sangat serius, objektif, dan tepat sesuai kebutuhan.
Terpilihnya Shin Tae-yong (STY) menjadi pelatih Timnas, dengan kapasitas dan rekam jejak yang mumpuni adalah keputusan tepat. Tinggal bagaimana federasi dalam hal ini PSSI, betul betul memberikan kewenangan dan suport yang maksimal kepada STY.
Sejauh ini, nampak sudah terjalin chemistry yang bagus antara STY dan PSSI. Keputusan STY untuk meminta PSSI melakukan naturalisasi terhadap beberapa pemain Eropa yang memiliki keturunan darah Indonesia adalah pilihan cerdas, sebagai upaya menaikkan level dan kualitas timnas. Tentu harus sesuai proporsi dan dosis yang tepat.
Karena gelaran Piala Dunia U20 juga sudah semakin dekat, maka persiapan Timnas harus makin intensif dan berkualitas. Untuk itu, kompetisi yang berkualitas menjadi hal yang sangat penting sebagai ajang pemain berkompetisi secara reguler. Harus ada kebijakan khusus, pemain-pemain yang menjadi bagian dari Timnas U20 mendapatkan jam bermain yang memadai pada kompetisi berkualitas.
Persoalannya adalah kompetisi kita sedang berhenti total akibat kasus Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa. Tentu kita prihatin dan mendorong untuk di usut sampai tuntas, tetapi kompetisi semestinya tidak boleh berhenti terlalu lama, bahkan ikut menjadi dikorbankan. Karena terhentinya kompetisi, akan berdampak luas dan membuat persepakbolaan kita makin terpuruk dan merana. Semestinya secepatnya ada kompromi kompromi solutif sehingga kompetisi bisa digelar kembali. Semua pihak harus berfikir bahwa begitu banyak pihak yang menggantungkan hidup dari sepakbola ini.
PSSI harus bergerak cepat dan tepat melakukan segala cara demi Timnas. Naturalisasi pemain sesuai kebutuhan jangan lagi begitu lambat. TC Timnas baik di dalam maupun di luar negeri harus betul betul efektif dan efisien. Begitu juga program ujicoba yang dilakukan Timnas mesti berkualitas dan produktif sehingga betul betul mampu meningkatkan kualitas Timnas U20.
Evaluasi secara komprehensif harus terus dilakukan, sehingga kita bisa melakukan banyak hal untuk memantapkan persiapan. Mampu melihat apa kekurangan yang masih ada dan segera dilakukan untuk membenahinya.
Dalam hal ini, tentunya, kita semua rakyat Indonesia sangat mendukung dan optimis kita bisa. Kita sangat berharap, selain sukses sebagai Tuan Rumah, Timnas U20 Garuda Muda juga mampu berprestasi dan melangkah jauh di Gelaran Piala Dunia U20 2023. Semoga!
Eksplorasi konten lain dari LAMPUNG 7 (KoPI - Komite Pewarta Independen)
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.