Nyaris Menyerah Karena Biaya, Maba Unila Buktikan Anak Desa Bisa Kuliah

Berasal dari Dusun Pusingan, Desa Kualasekampung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Wahyu membuktikan keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk menempuh pendidikan tinggi.

Lahir dari ayah seorang petani dan ibu yang baru pulih dari sakit tiroid, ia mengaku sempat ragu untuk melanjutkan kuliah karena terkendala biaya.

“Awalnya saya tidak ingin berkuliah, tetapi dorongan orang tua dan guru membuat saya bertekad. Saya percaya, tidak ada yang tidak mungkin selama kita menyertakan nama Tuhan dalam kehidupan kita,” ujarnya.

Kabar kelulusan di Unila, ditambah dengan diterimanya sebagai penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), langsung ia sampaikan kepada kedua orang tuanya. Suasana haru pun menyelimuti keluarga.

“Mereka sangat bahagia dan bersyukur. Beasiswa ini menjadi penyelamat yang membuka jalan saya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri,” tambahnya.

Perjalanan Wahyu tidaklah mudah. Ia melewati proses pendaftaran beasiswa mulai dari seleksi administrasi, verifikasi berkas, hingga wawancara. Dukungan penuh datang dari guru di pondok pesantren, Ibu Bayyinatush Shobariyyah, serta orang tua yang selalu membantunya mengurus kelengkapan.

Semasa menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah, Wahyu aktif di berbagai organisasi dan kegiatan seperti pramuka, paskibra, Islamic Student Movement Al Fatah, hingga Tapak Suci.

Prestasinya membanggakan, di antaranya Juara 1 Lomba Pidato Kebangsaan tingkat Provinsi, Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Arab tingkat Nasional, serta juara di berbagai ajang pencak silat dan kompetisi keagamaan.

Cita-citanya sederhana namun bermakna, mengangkat derajat keluarga dan membuktikan bahwa anak desa juga bisa berprestasi di perguruan tinggi negeri.

“Saya nanti ingin aktif di organisasi kampus, mengembangkan soft skill, dan memberikan kontribusi untuk masyarakat melalui kegiatan volunteer maupun penelitian,” katanya.

Bagi Wahyu, prinsip hidupnya jelas yaitu menjalankan kewajiban, bertawakal, dan pantang menyerah sebelum mencoba. Ia percaya doa orang tua, terutama doa ibu, adalah kunci kesuksesan. “Selama orang tua meridhoi kita, semua pasti bisa,” ucapnya.

Wahyu juga berpesan kepada mahasiswa baru lainnya agar terus percaya diri dan berani bermimpi.

“Terus semangat, kerja keras, dan pantang menyerah. Libatkan Tuhan di setiap langkah, manfaatkan setiap kesempatan, dan kembangkan diri di manapun kalian berada,” pungkasnya.

Tulis Komentar Anda