Kepiting Tapal Kuda: Fosil Hidup Berdarah Biru yang Menyelamatkan Manusia

Pernah mendengar tentang hewan purba berdarah biru yang masih hidup hingga sekarang? Itulah kepiting tapal kuda (horseshoe crab). Meski namanya “kepiting”, secara ilmiah hewan ini lebih dekat kekerabatannya dengan laba-laba dan kalajengking daripada dengan kepiting yang biasa kita makan.

Fosil menunjukkan bahwa kepiting tapal kuda sudah ada sejak 450 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus muncul. Tidak heran jika ia dijuluki “fosil hidup”, sebab bentuk tubuhnya nyaris tidak berubah sejak zaman purba.

Salah satu ciri paling uniknya adalah darah berwarna biru. Jika manusia punya hemoglobin berbasis zat besi yang membuat darah berwarna merah, kepiting tapal kuda memiliki hemocyanin berbasis tembaga yang membuat darahnya tampak biru.

Namun, darah biru ini bukan sekadar keunikan. Di dunia medis, cairan tubuh kepiting tapal kuda punya peran luar biasa. Sel-sel amebosit di dalam darahnya dapat mendeteksi keberadaan bakteri berbahaya. Dari sinilah dikembangkan bahan bernama Limulus Amebocyte Lysate (LAL), yang digunakan untuk menguji keamanan vaksin, obat, cairan infus, hingga implan medis.

Sayangnya, pengambilan darah kepiting tapal kuda bisa memengaruhi kelangsungan hidupnya. Jika dilakukan secara berlebihan, populasinya bisa terancam. Beruntung, kini para peneliti tengah mengembangkan alternatif sintetis LAL berbasis teknologi rekayasa genetika. Dengan begitu, kebutuhan medis tetap terpenuhi tanpa mengorbankan kelestarian hewan purba ini.

Kepiting tapal kuda adalah contoh nyata bagaimana alam menyediakan sumber daya yang luar biasa bagi manusia. Namun, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga keseimbangannya agar hewan “berdarah biru” ini tetap lestari di bumi.

Sumber:

  • Assay Genie. (2024). Horseshoe Crab Blood and Endotoxin Testing: A Comprehensive Guide.

  • Maryland Department of Natural Resources. (n.d.). Evolution of the Horseshoe Crab.