LAMPUNG – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung menegaskan tekadnya menjadi motor penggerak hilirisasi komoditas lokal dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) XIV sekaligus Pendidikan dan Latihan Daerah (Diklatda) yang digelar di Ballroom Hotel Emersia, Selasa (23/9/2025).
Acara dibuka oleh Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, yang menegaskan peran strategis pengusaha muda dalam mengolah hasil pertanian dan perkebunan.
“HIPMI jangan pasif. Hilirisasi bukan hanya soal industri, tapi masa depan kesejahteraan rakyat Lampung,” tegas Mirza.
Ketua Umum BPD HIPMI Lampung, Gilang Ramadhan, memastikan pihaknya siap melahirkan inovasi agar komoditas unggulan Lampung—kopi, singkong, jagung, hingga sawit—tidak lagi sekadar diekspor mentah.
“Produk bernilai tambah inilah yang akan menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya saing global, sekaligus mengurangi kemiskinan,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari Kasdam XXI/Radin Inten, Brigjen TNI Andrian Susanto, yang menekankan hilirisasi sebagai bagian dari ketahanan nasional. HIPMI Lampung meluncurkan program strategis pasca Diklatda, antara lain Agropreneur HIPMI, HIPMI Food Security Forum, UMKM Go Digital, Lampung Investment Forum, hingga HIPMI Academy.
Data ekonomi mendukung langkah ini. Pada Triwulan II 2025, Lampung mencatat pertumbuhan 5,09% dan penurunan angka kemiskinan hingga 10%. Bahkan sektor industri pengolahan tumbuh hampir 10%. Gilang menegaskan, potensi masih bisa ditingkatkan: padi berkontribusi 4,2% pada PDRB bisa naik menjadi 6,2%, jagung dari 3,4% bisa melonjak 15%, dan kopi dari 2% bisa menyentuh 12,6% jika diolah maksimal.
Diklatda juga menghadirkan Elkana Arlen Riswan, Owner Els Coffee, yang berbagi kisah sukses di sektor kopi. Visi HIPMI Lampung menurut Gilang selaras dengan Indonesia Emas 2045.
“Bayangkan 2030, kopi robusta Lampung dipasarkan global dengan brand lokal, singkong menjadi bioetanol penopang energi nasional, dan UMKM digital Lampung menembus pasar ASEAN,” tandasnya.
HIPMI Lampung kini diposisikan bukan sekadar wadah pengusaha muda, melainkan katalis perubahan menuju Lampung Emas dan Indonesia Emas 2045.