Idul Fitri: Merayakan Kemenangan setelah Berpuasa

Idul Fitri adalah salah satu hari raya terbesar dalam agama Islam. Perayaan ini dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia setelah menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan pengampunan. Idul Fitri tidak hanya menjadi hari kemenangan fisik setelah sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, tetapi juga kemenangan spiritual dalam meningkatkan ketakwaan dan kedekatan kepada Allah SWT.

Makna Idul Fitri

Kata “Idul Fitri” berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “Hari Kemenangan” (Idul: hari, Fitri: kemenangan atau pembebasan). Idul Fitri menandai berakhirnya bulan Ramadan, bulan di mana umat muslim diwajibkan untuk berpuasa sejak fajar hingga terbenam matahari. Puasa ini bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dan melakukan perbuatan baik, seperti beribadah, memberi zakat, dan menjaga perilaku.

Setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsu dan memperbaiki diri, Idul Fitri menjadi momen untuk merayakan kemenangan atas diri sendiri, serta kesempatan untuk memperbaharui hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Idul Fitri sebagai Momen Kebahagiaan dan Syukur

Selain sebagai hari kemenangan spiritual, Idul Fitri juga merupakan momen kebahagiaan dan syukur. Pada hari ini, umat Muslim di seluruh dunia berkumpul untuk melaksanakan salat Idul Fitri di masjid atau lapangan terbuka. Shalat Idul Fitri dilakukan dengan dua rakaat dan biasanya diikuti oleh khutbah yang mengingatkan umat akan pentingnya rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.

Setelah shalat, umat Muslim saling bersilaturahim, saling memberi maaf, dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga, sahabat, dan tetangga. Salah satu tradisi yang umum dilakukan adalah memberikan zakat fitrah, yaitu zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim sebelum shalat Idul Fitri. Zakat fitrah ini bertujuan untuk membantu mereka yang kurang mampu, sehingga mereka juga bisa merasakan kebahagiaan pada hari raya.

Idul Fitri sebagai Peringatan untuk Berbagi dan Peduli

Selain merayakan kemenangan pribadi, Idul Fitri juga mengingatkan umat muslim untuk berbagi dan peduli terhadap orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Zakat fitrah yang diberikan tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk empati terhadap sesama yang membutuhkan. Melalui berbagi, umat muslim mempererat hubungan antar sesama, serta memperkuat nilai-nilai sosial yang mengedepankan kasih sayang dan kepedulian.

Tradisi Idul Fitri di Berbagai Negara

Setiap negara dengan mayoritas Muslim memiliki tradisi Idul Fitri yang beragam, namun tetap mempertahankan esensi dari perayaan tersebut. Di Indonesia, misalnya, salah satu tradisi yang paling dikenal adalah mudik, yaitu pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga besar. Selain itu, makanan khas seperti ketupat, opor ayam, dan kue lebaran menjadi hidangan yang tidak pernah terlewatkan.

Di negara-negara Timur Tengah, Idul Fitri biasanya dirayakan dengan lebih meriah di berbagai tempat umum, seperti pasar, taman, dan masjid. Umat Muslim di sana sering mengenakan pakaian baru dan mengadakan pertemuan keluarga yang besar, serta memberikan hadiah kepada anak-anak.

Dalam artian, Idul Fitri adalah perayaan yang sangat penting bagi umat Muslim, bukan hanya sebagai hari kemenangan setelah berpuasa, tetapi juga sebagai kesempatan untuk berbagi kebahagiaan, mempererat hubungan dengan sesama, dan meningkatkan kedekatan dengan Allah. Perayaan ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan, sekaligus peduli terhadap orang lain, khususnya mereka yang membutuhkan. Sebagai hari yang penuh kebahagiaan, Idul Fitri mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. (JN)

Mengenal Arti Somasi: Teguran Hukum Sebelum Gugatan

Dalam dunia hukum, istilah somasi sering digunakan sebagai bentuk peringatan atau teguran tertulis yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan. Somasi bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang bersangkutan agar memenuhi kewajibannya atau menyelesaikan permasalahan secara damai tanpa perlu melalui proses hukum lebih lanjut.

Apa Itu Somasi?

Somasi adalah teguran resmi yang diajukan secara tertulis oleh seseorang atau badan hukum kepada pihak lain yang dianggap melanggar perjanjian, kewajiban, atau melakukan tindakan yang merugikan. Somasi biasanya diberikan sebelum dilakukan upaya hukum lebih lanjut, seperti gugatan perdata.

Menurut Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), seseorang dianggap lalai dalam memenuhi kewajibannya jika telah diberikan somasi, kecuali jika dalam perjanjian telah ditentukan batas waktu tertentu untuk pemenuhan kewajiban tersebut.

Fungsi dan Tujuan Somasi

  1. Memberi Peringatan
    Somasi bertujuan untuk memberi peringatan kepada pihak yang dianggap wanprestasi (ingkar janji) agar segera memenuhi kewajibannya.

  2. Upaya Penyelesaian Damai
    Sebelum membawa kasus ke pengadilan, somasi berfungsi sebagai upaya penyelesaian secara kekeluargaan atau negosiasi antara kedua belah pihak.

  3. Dokumen Pendukung dalam Gugatan
    Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan dan harus masuk ke pengadilan, somasi dapat menjadi bukti bahwa upaya perdamaian telah dilakukan.

Format dan Isi Somasi

Somasi biasanya memuat hal-hal berikut:

  • Identitas pengirim dan penerima somasi

  • Dasar hukum yang menjadi alasan pengiriman somasi

  • Kronologi peristiwa yang melatarbelakangi somasi

  • Tuntutan yang harus dipenuhi oleh pihak yang menerima somasi

  • Tenggat waktu untuk merespons atau menyelesaikan masalah

  • Konsekuensi hukum jika somasi tidak diindahkan

Somasi umumnya diberikan dalam bentuk surat resmi yang dikirimkan langsung atau melalui jasa pengacara. Jika dalam jangka waktu tertentu pihak yang disomasi tidak memberikan tanggapan atau menyelesaikan kewajibannya, pengirim somasi dapat melanjutkan langkah hukum dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.

Contoh Kasus Somasi

Sebagai contoh, seorang penyewa yang menunggak pembayaran sewa selama beberapa bulan dapat menerima somasi dari pemilik rumah. Jika setelah menerima somasi penyewa tetap tidak membayar, pemilik rumah dapat membawa kasus ini ke pengadilan untuk meminta penyelesaian hukum.

Somasi juga sering terjadi dalam kasus pencemaran nama baik, utang-piutang, atau pelanggaran hak cipta.

Kesimpulan

Somasi merupakan langkah awal yang penting dalam menyelesaikan sengketa hukum secara damai sebelum berlanjut ke pengadilan. Oleh karena itu, memahami arti dan prosedur somasi dapat membantu individu atau perusahaan dalam menghadapi permasalahan hukum dengan lebih bijak dan efektif.

Dimana Wali Kota?

KOTA Bandarlampung masih sibuk seperti biasa. Orang nomor satu di kota Tapis Berseri ini pastinya sibuk dengan agenda rapat kerja, gunting pita, serta memukul gong peresmian!!

Di kantor Wali Kota, agenda tetap padat. Ada banyak hal besar yang harus diurus, banyak urusan yang tentu saja jauh lebih penting dibandingkan mengurusi dua anak kecil yang akan saya jelaskan lebih jauh kedalam tulisan ini.

Di sudut kota, di rumah kecil yang kini terasa semakin sunyi, Muhamad Rai Qabil Aldriando (15) dan Moezza Raiqamahyra Eduardo (6) duduk termenung. Ramadhan tiba, tapi ayah mereka tak lagi menemani. Sementara, sang ibu telah lama pergi ketika virus mematikan Covid-19 merenggut nyawanya.

Bulan suci yang biasanya penuh kehangatan kini berubah menjadi sepi. Kini, tak ada lagi suara ayah yang lembut membangunkan mereka untuk sahur. Hanya keheningan yang menyelimuti rumah kecil ini.

Tangan yang menggandeng mereka ke masjid untuk tarawih, kebersamaan penuh dengan canda tawa keluarga kecil ini tidak ada lagi.

Saat takbir Idul Fitri berkumandang, rumah kecil itu justru terasa semakin hampa. Tak ada pelukan hangat, tak ada suara tawa, Dua anak yatim piatu ini, kini tinggal bersama sang kakek yang tulus merawat, menemaninya serta membesarkannya.

Ayah mereka, Eduardo (46), telah pergi untuk selama-lamanya. Eduardo tewas mengenaskan, kepalanya tertancap pagar besi Masjid Al Hikmah Jl. Padjadjaran, Jagabaya II, Kecamatan Way Halim pada malam 22 Februari 2025 lalu, saat mengendarai sepeda motor di malam hari sekira pukul 20.00 WIB.

Diduga almarhum menghindari lubang, dan terperosok hingga motornya membentur tembok masjid yang di atasnya terdapat pagar besi.

Namun, apakah tragedi ini cukup penting untuk mendapat perhatian? Sepertinya tidak. Di kota yang sibuk ini, ada hal-hal yang dianggap jauh lebih besar. Bandarlampung bukan kota kecil. Ada urusan yang jauh lebih besar ketimbang nasib dua anak yatim piatu ini.

Di lokasi kejadian, Bapak Nano salah satu marbot Masjid Al Hikmah, masih mengingat betul malam tragis itu.

“Ngeri saya, pas melihat matanya tertancap di pagar besi. Posisi duduk di motor, tapi kepalanya miring,” katanya dengan suara lirih.

Ambulans datang satu jam kemudian. Tapi sayang? Nyawa Eduardo sudah melayang.

Di rumah, Moezza, bocah enam tahun yang belum mengerti bahwa tak akan ada lagi ayah yang membelikannya baju lebaran. Tak akan ada lagi ayah yang mengajaknya menuntun menuju masjid saat gema takbir mulai terdengar.

Sementara itu, Rai yang kini harus tumbuh dewasa lebih cepat hanya bisa diam. Mungkin ia sudah tahu, bahwa harapan-harapan kecil itu kini hanya tinggal mimpi.

Di Mana Wali Kota?

Tentu saja, Wali Kota Bandarlampung, Eva Diana tidak perlu repot-repot memikirkan tragedi kecil ini. Ada banyak hal yang lebih penting, rapat, proyek, acara seremoni, hingga pemotongan pita peresmian, serta sibuk mengurusi persiapan mudik lebaran.

Apa pentingnya dua anak kecil yang menangis di rumah kecilnya? Apa urusannya dengan pemerintah? Mereka toh masih bisa makan.

Barangkali, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menunggu agar kisah ini perlahan tenggelam di tengah derasnya berita baru.

Mereka akan tetap duduk di sudut rumah kecil, merasakan sepi di bulan Ramadhan, tanpa ayah yang selalu menemani.

Dan esok, ketika gema takbir menggema, dua anak ini berharap yang tak pasti, menunggu yang mungkin tak akan pernah datang lagi.

Ditulis Oleh A. Rosid

Komunitas Agama Dan Masyarakat Turut Berperan Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

LAMPUNG7COM – Jakarta | Saat ini tingkat korupsi di Indonesia sudah menjadi ancaman serius dan sangat mengkhawatirkan, sebab, dengan tindak pidana korupsi tidak hanya negara yang dirugikan namun lebih berimbas pada masyarakat luas.

Untuk itu, seriuskah negara beserta penegak hukum saat ini menindak tegas para pelaku korupsi dengan hukuman mati?

Korupsi bukan sekadar kejahatan finansial, tetapi juga merusak tatanan sosial dan melanggar hak asasi manusia. Dalam perspektif agama, korupsi adalah tindakan tercela yang bertentangan dengan nilai moral dan keadilan.

Oleh karena itu, peran serta masyarakat, termasuk komunitas keagamaan, menjadi krusial dalam upaya pemberantasan korupsi.

Semangat ini mengemuka dalam Talkshow Ramadhan Antikorupsi bertajuk ‘Membangun Integritas Bangsa Melalui Peran Serta Masyarakat Keagamaan’ yang digelar di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Acara ini menghadirkan Wakil Ketua KPK, Fitroh Rohcahyanto, dan Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, sebagai pembicara utama.

Diskusi ini menegaskan bahwa pemberantasan korupsi tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum semata. Peran serta masyarakat, terutama komunitas keagamaan, menjadi elemen penting dalam membangun bangsa yang bersih dan berintegritas.

Agama, dengan ajaran moral dan etikanya, dapat menjadi benteng utama dalam mencegah perilaku koruptif sejak dini.

Integritas, Fondasi Pencegahan Korupsi

Dalam paparannya, Fitroh Rohcahyanto menegaskan bahwa baik dari sisi agama maupun negara, korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang harus diperangi bersama.

KPK, katanya, telah menerapkan strategi Trisula yang mencakup pendidikan, pencegahan, dan penindakan. Namun, sehebat apa pun sistem yang dibangun, tanpa kesadaran individu dan keterlibatan masyarakat, korupsi tetap akan menjadi ancaman.

“Sistemnya yang bikinan manusia. Tapi kalau kesadaran manusianya rendah, tentu sistem sebaik apa pun, jebol juga,” tegas Fitroh.

Untuk menanamkan kesadaran ini, Fitroh memperkenalkan konsep IDOLA sebagai pilar utama dalam membangun integritas.

Konsep ini mencakup Integritas (keselarasan antara hati, pikiran, dan tindakan), Dedikasi (komitmen kuat dalam menjalankan tugas), Objektif (sikap netral dan tidak memihak), Loyal (kesetiaan dan kejujuran), serta Adil (bertindak demi kesejahteraan masyarakat).

“Puncaknya itu adil untuk masyarakat. Karena tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Fitroh.

Peran Agama dalam Pemberantasan Korupsi

Sementara itu, Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, menekankan bahwa integritas bukan hanya tuntutan hukum, tetapi juga kewajiban agama.

Ia mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang menyerukan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit. Dalam konteks ini, korupsi adalah tindakan haram yang menghancurkan keberkahan hidup.

“Semua daging yang tumbuh dari barang yang haram hanya bisa dibersihkan oleh api neraka,” tegas Prof. Dr. KH. Nasaruddin .

Nasaruddin juga menyoroti pentingnya penggunaan bahasa agama dalam membentuk kesadaran moral masyarakat.

Menurutnya, pendekatan religius lebih efektif dalam menyentuh aspek etika dan kesadaran spiritual.

“Contohnya, salah satu krisis yang kita hadapi adalah lingkungan hidup. Kalau hanya pakai bahasa birokrasi, tidak terlalu banyak manfaatnya. Tapi begitu kita mengharamkan, misalnya mengatakan ‘dosa kalau Anda bakar pohon’, efeknya akan lebih besar,” ujar Prof. Dr. KH. Nasaruddin .

Hal yang sama berlaku dalam pemberantasan korupsi, diperlukan upaya dramatisasi dalam menggambarkan dampak buruk korupsi sebagai kejahatan kemanusiaan yang serius.

Menurutnya, pemahaman ini harus ditanamkan sejak dini agar masyarakat tidak terbiasa dengan praktik korupsi, sekecil apa pun bentuknya.

Lebih lanjut, Nasaruddin mengingatkan tentang bahaya ‘wilayah abu-abu’, yaitu celah yang bisa menjerumuskan seseorang ke dalam praktik korupsi tanpa disadari.

Pengendalian diri, terutama bagi pejabat publik, menjadi kunci utama dalam menutup celah tersebut.

“Tingkat pengendalian kita harus lebih tinggi daripada kita menjadi orang biasa,” ujarnya.

Sebagai penutup, Menteri Agama yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengajak seluruh masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pencegahan terbaik terhadap korupsi.

Dengan kata lain, membangun integritas bangsa harus dimulai dari kesadaran individu dan didukung oleh nilai-nilai spiritual yang kuat.

Kolaborasi antara negara dan elemen keagamaan menjadi langkah strategis untuk mengikis budaya korupsi.

Sebab, sejatinya, perjuangan melawan korupsi bukan hanya soal aturan dan hukuman, tetapi juga soal kesadaran dan tanggung jawab moral setiap individu.| (Gun / Relies KPK )

Perlu Segera Dibenahi: SISTEM DRAINASE KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh: H. A. Darwin Ruslinur. SE, MM.

JIKA Kota Bandarlampung tidak ingin dijuluki sebagai KOTA BANJIR, langkah pertama yg harus segera diambil adalah pembenahan seluruh drainase. Karena, secara jujur harus berani kita katakan, bahwa sistem drainase di kota ini masih jauh dari optimal.

Kota Bandarlampung terdiri dari 126 Kelurahan, tersebar di 20 Kecamatan. Sekitar 14 Kecamatan diantaranya berpotensi banjir dimusim hujan meliputi Rajabasa, Labuhan Ratu, Tanjungsenang, Langkapura dan Kemiling.

Kemudian, kecamatan Kedamaian, Way Halim, Kedaton, Tangjungkarang Barat, Tanjungkarang Timur, Tanjungkarang Pusat, Telukbetung Utara, Telukbetung Timur, dan Panjang.
Penanganan banjir di Kota Bandarlampung, dari tahun ketahun belum menjadi skala prioritas, masih bersifat temporer. Boleh jadi, ini karena belum/ tidak adanya master plan drainase kota.

Padahal, master plan sangat diperlukan, mengingat secara topografi Kota Bandarlampung meliputi dataran pantai, perbukitan, dataran tinggi, dan Teluk Lampung.

Dengan kondisi demikian, seyogyanya sistem drainase-pun tidak boleh dibuat secara sembrono, tetapi harus betul-betul sesuai dengan kondisi lingkungan. Artinya, mudah menyesuaikan dengan perubahan, baik perubahan urabanisasi, tataguna lahan, dan iklim.

Peran Masyarakat

Tak kalah penting dalam perangi banjir di Kota Bandarlampung adalah pran serta masyarakat. Kesadaran akan arti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dinilai masih sangat rendah dan perlu terus ditingkatkan sejak usia sekolah.

Begitu pula Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Bandarlampung yang bertanggungjawab terhadap kebersihan, dan pertamanan di kota ini. Karena dua aspek ini sangat berkaitan erat dengan banjir.

Tata kelola sampah di Bandarlampung, misalnya, masih menjadi sorotan banyak pihak. Bahkan, saking buruknya tata kelola sampah, hingga terjadi penyegelan TPA (Tempat Pembungan Akhir) sampah Bakung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum lama ini.

Hampir setiap sudut kota, tampak sampah berserakan dipinggir jalan. Kondisi ini-pun dipastikan akan sulit di atasi bila jumlah armada kebersihan, container sampah, termasuk sumber daya manusianya/pasukan kuning tidak ditambah.

Sa’atnyalah Walikota Bandarlampung, Ibu Eva Dwiana berbenah untuk mencegah banjir dan kesemrautan sampah di Kota Bandarlampung. Setidaknya, di priode terakhir ini (priode 2025 – 2030) diniatkan untuk membuat legacy baik yang akan terus dikenang.

Sampah-sampah yg tercecer dibersihkan oleh tenaga-tenaga terampil yg setiap bulan diberikan salary (gaji) memadai, diutamakan pada person yg memang cinta kebersihan. Jangan seperti tenaga-tenaga kebersihan yg ada sekarang.

Kini banyak oknum tenaga kebersihan yang giat angkut sampah bila di sumpel upeti. Sampah rumah tangga yg sedikit volumenya berlebih (agak banyak dari berhajat), pasti tidak bakal di angkat ke truk sampah/motor Tosa, bila tidak dibayar. Oknum-oknum itu berani ngotot bila upetinya sedikit.

Padahal, sampah-sampah dilingkungan perumahan berbayar yg masing-masing di koordinir oleh para Ketua RT. Hal demikian harus menjadi perhatian Ibu Walikota. Terkecuali, sampah-sampah liar yg numpuk dan berserakan di sejumlah ruas jalan.

Seperti di Jl. M. Nur I Sepang Jaya, Kec. Labuhan Ratu, tepatnya disamping Kediaman Rumah Rektor UBL Prof. Yusuf Barusman.
Pamong Lingkungan II Sepangjaya, dengan berbagai upaya melakukan upaya pencegahan agar masyarakat yg tidak jelas berasal darimana, se-enaknya buang sampah di ruas jalan tsb. Tetapi upaya itu sia-sia dan sampah-sampah terus menumpuk.

Bila perlu Ibu Walikota sesekali sidak pada sore atau pagi hari ke lokasi. Bisa saksikan sendiri betapa kotor, bahkan timbulkan aroma tak sedap. Solusinya, Pemkot harus siapkan Cohntainer sampah, ditaruh di tepi Jl. Sultan Agung, kemudian diangkut oleh armada sampah. Ini cara. terbaik, sekaligus mencegah terjadinya keributan antara warga lingkungan setempat dan warga pembuang sampah yg tidak jelas berasal darimana.

Selain itu, Pemkot juga hendaknya segera meng-evaluasi para sopir pengemudi angkutan sampah yg bermental korup. Seperti pengemudi yg mengangkut sampah di Perum Jayapura Indah. Masyarakat/warga memahami, ketika volume sampah rumah tangga berlebih dari biasanya, pastilah dibantu sewajarnya.

“Kami ngerti kok Pak. Kalau sampah berlebih dari biasanya karena ada tambahan potongan-potongan ranting dahan/bunga-bunga, pastilah kami kasih tambahan. Tapi sopir sampah itu kadang rewel dan nolak angkut sampah karena uang tambahannya kecil”, ucap salah seorang warga yg minta tidak ditulis namanya.

Harapan warga Kota Bandarlampung kepada Walikota Bandarlampung Ibu Hj. Eva Dwiana, hendaknya berkenan memprioritaskan perbaikan sistem drainase di kota ini agar tidak selalu menimbulkan ke-khawatiran warga ketika turun hujan lebat. Semoga…

Tirta Gangga Destinasi Wisata Seputih Banyak Yang Memanjakan Mata

LAMPUNG7COM – Lampung Tengah | Destinasi wisata danau Tirta Gangga yang berada di Desa Swastika Buana Kecamatan Seputihbanyak Kabupaten Lampung Tengah , merupakan sebuah bendungan yang dirancang sebagai tujuan wisata yang menyuguhkan pemandangan yang sangat elok dan menawan.

Berkat kecerdasan dan kepiawaian sang Kepala desa serta kekompakan warganya, sehingga mampu mengubah sebuah danau menjadi lokasi wisata yang sungguh – sungguh indah.

Dan imbas dari pengelolaan serta penataan tempat wisata tersebut sudah pasti mampu mengangkat perekonomian warganya dengan bermuara pada peningkatan ekonomi kreatif.

Lokasi danau Tirta Gangga berjarak kurang lebih sekira 50 kilo meter dari kota Metro, memakan waktu tempuh sekira 45 menit dari kota Metro mengunakan kendaraan roda empat maupun roda 2. Dan berjarak kurang lebih 30 kilo meter dari pusat kota kabupaten Lampung Tengah.

Saat ini, Danau Tirta Gangga tengah dilakukan penataan dan pembangunan guna lebih menarik dan indah untuk dikunjungi. Hal ini disampikan kepala desa Swastika Buana, Made Rimbawa kepada Lampung7.com. pada Rabu (29/1/2024).

Dikatakan Made, Pembangunan Pure ditengah – tengah danau telah menelan anggaran sebesar Rp.800 juta. Dan pembangunanya sendiri dimulai sejak Desember 2024 lalu dan ditargetkan akan selesai 100 persen pada Pebruari 2025,

“Destinasi Wisata Tirta Gangga ini, sudah mengantongi ijin Kementrian Pariwisata, jadi kita sudah mengantongi ijin nasional. Selain itu, Tirta Gangga ini lebih kepada wisata religi yang kita tampilkan,” kata Made.

Dijelaskan Made, tahapan pembangunan selanjutnya adalah meliputi Home Stay, wahana bermain, Meeting Room, tempat pemancingan, Joging Trek, Mushola, dan yang lainya.

Wacananya kedepan Tirta Gangga juga menjadi pusat study bagi kepariwisataan, pertanian dan perikanan.

“Tahap demi tahap kita mulai bangun, kita persiapan untuk jangka menengah dan jangka panjang demi anak cucu kita nanti mas. Dan saat ini anggaran yang kami gunakan murni swadaya masyarakat serta hasil dari kunjungan para wisatawan. Jika saja pemerintah mau menggelontorkan dana Rp.7 miliar, saya pastikan pembangunan sarana dan prasarana disini rampung 100%. Dengan catatan di swakelolakan tidak ditenderkan,”ujar Made.

Made menambahkan, Wisata Tirta Gangga selain menyuguhkan pemandangan yang indah dan menawan, juga menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pengunjung atau wisatawan. Bahkan jaminan tiket murah dan terjangkau bagi semua kalangan.

“Kami beri garansi bagi para pengunjung maupun wisatawan yaitu keamanan dan kenyamanan saat berada disini. Untuk saat ini, kami gratiskan untuk tiket masuk hanya saja jika pengunjung ingin naik wahana air kita kenakan tiket yang sangat murah. Pada liburan tahun baru 2025 lalu, dari wahana perahu getek bermesin hanya waktu setengah hari kami mendapat inkam sebesar Rp.3,5 juta, karena disetiap hari libur pengunjung mencapai ribuan,”ucap Made.

Selanjutnya, Made berharap ada perhatian serius dari pihak pemerintah, baik Kabupaten, Provinsi maupun Pemerintah pusat.

Dengan pengembangan dan memajukan pariwisata di daerah sudah pasti dapat meningkatkan PAD bagi daerah dan juga menambah penghasilan bagi warga sekitarnya.

“Kami sangat berharap ada perhatian serius dari pemerintah baik daerah maupun pusat. Karena dengan terbangunnya destinasi wisata Tirta Gangga akan memajukan dan meningkatkan perekonomian masyarakat,”pungkas Made. | (Gun).

Profesor di China Klaim Perempuan Bisa Hidup Lebih Lama dengan Memiliki Banyak Anak

Artikel – Stigma terkait perempuan yang dianggap sempurna hanya jika bisa memiliki anak masih kuat di…

Apakah Doa Orang yang Terzalimi Dikabulkan? Ini Jawabannya

Orang yang terzalimi adalah seseorang yang mendapatkan perlakuan tidak adil, dirugikan, atau dianiaya oleh orang lain,…

Ciri-Ciri Orang Iri Sama Kita dan Cara Menghadapinya

Dalam kehidupan sosial, kita pasti berinteraksi dengan berbagai karakter manusia. Terkadang, kita bertemu dengan orang yang…

Ramalan Zodiak Minggu Ini, 7–13 Oktober 2024

Ladies, kita sudah memasuki pekan kedua di bulan Oktober 2024. Selama sepekan ke depan, kehidupan 12…