Dua Hari Pertama, Pameran & Bazar Lukisan “Freedom Of Art” Diserbu Pengunjung

BANDAR LAMPUNG – Pameran dan bazar lukisan “Freedom of Art” pada 17-21 Agustus 2025 disambut antusias pecinta seni rupa di Lampung. Ini terlihat dari ramainya pengunjung dan terjualnya sejumlah lukisan pada dua hari pertama kegiatan yang dihelat di Banjar Tengah, Komplek Perumahan Griya Abdi Negara, Sukabumi, Bandar Lampung tersebut.

Lukisan yang telah berpindah tangan kepada kolektor antara lain karya dua pelukis muda Gizelle dan Edelin, masing-masing berjudul “Teratai” dan “Macan Tutul”. Terjual pula lukisan “Pemandangan” karya Bung Uki dan “Bima vs Duryudana” karya eks kartunis-karikaturis Lampung Post, Ketut Oktabayuna.

“Meskipun diselenggarakan pada momen libur nasional Hari Kemerdekaan di mana banyak orang berkegiatan di perumahan atau komunitasnya, alhamdulillah antusiasme masyarakat mengunjungi pameran dan bazar lukisan “Freedom of Art” cukup tinggi,” ujar ketua panitia Eko Martoyo dalam siaran persnya, Senin, 18/8/2025.

“Masih ada tiga hari lagi pergelaran ini hingga 21 Agustus. Kami optimistis pada hari-hari mendatang sejumlah lukisan lain akan terjual,” sambung pelukis senior ini.

Dua Hari Pertama, Pameran & Bazar Lukisan “Freedom Of Art” Diserbu Pengunjung
Pengunjung sedang memperhatikan salah satu lukisan.

Menurut Eko, bukan hanya kaya dalam genre, gaya, dan aliran. Lukisan-lukisan yang dipamerkan secara umum juga cukup berkualitas, indah, dan bernilai seni tinggi, sehingga sangat layak untuk dipajang di ruang-ruang kantor, tempat publik, atau rumah. “Silakan buktikan sendiri. Kunjungi dan nikmati karya-karya terbaik para pelukis Lampung di pameran dan bazar ini,” lanjutnya berpromosi.

Selain memeriahkan HUT Republik Indonesia, pameran dan bazar lukisan “Freedom of Art” dihelat sebagai bagian dari kegiatan peresmian TK Pratama Widyalaya Eka Dharma Sastra dan Pasraman Nonformal Dharma Nata Raja di lokasi tersebut. Lebih 100 lukisan karya 40-an pelukis senior dan junior di Bumi Ruwa Jurai dipamerkan dalam gelaran ini. Para pelukis dimaksud antara lain Agus Soesiono, Ari Susiwa Manangisi, Ayu Sasmita, Alia Larasati, Bunga Ilalang, Cupa Firstyadi, Eko Martoyo, Juwendra Asdiansyah, Ketut Oktabayuna, dan Mbah Urip.

Peresmian dan pembukaan pameran pada Minggu, 17/8, dilakukan oleh Jumadi, kepala Bidang Bimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung. Hadir antara lain Ratna Pasek (ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia Provinsi Lampung), Jero Nengah Pasek (ketua Majelis Adat Pakraman Lampung), Dewa Kadek Arta (ketua Parisada Hindu Dharma Bandar Lampung), serta para ketua Majelis Adat Banjar se-Kota Bandar Lampung).

Sebagai rangkaian kegiatan tersebut, dihelat pula lomba mewarnai dengan tema “Kemerdekaan” yang diikuti puluhan siswa TK/PAUD dan SD kelas 1-3. Selanjutnya, pada 20 Agustus para peserta pameran akan melukis bersama di lokasi. “Ini akan menjadi tontonan yang menarik, terutama bagi masyarakat penyuka seni rupa,” kata Eko Martoyo.*

IKBL Angkat Identitas Lampung di HUT RI, Siger Mighul Jadi Ikon Pelestarian Adat

Bandar Lampung – Ikatan Keluarga Bank Lampung (IKBL) memberikan sentuhan khas budaya lokal pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Senin (17/8/2025).

Pada kesempatan itu, seluruh anggota IKBL kompak mengenakan busana adat Lampung, Siger Mighul, saat mengikuti upacara di Kantor Pusat Bank Lampung.

Ketua IKBL, Desiyanti Mahdi Yusup, menuturkan bahwa penggunaan pakaian adat ini bukan sekadar seremonial, melainkan wujud nyata komitmen dalam melestarikan budaya Lampung.

“Kami ingin mengangkat dan melestarikan budaya Lampung agar generasi muda semakin mengenal serta mencintai pakaian adat daerahnya. Dengan demikian, Siger Mighul tidak akan tergerus oleh zaman,” jelas Desiyanti.

Siger Mighul sendiri dikenal sebagai busana adat yang kerap dilengkapi dengan Syuket atau Siket, yakni mahkota khas yang dipadukan dengan kain Sembagi. Perpaduan ini memberikan kesan anggun sekaligus berwibawa bagi pemakainya.

Lebih lanjut, Desiyanti berharap tradisi penggunaan pakaian adat dalam momentum penting seperti HUT RI dapat menjadi inspirasi generasi penerus.

“Harapan kami, Siger Mighul dapat terus berperan penting dalam menjaga kelestarian adat dan budaya Lampung, serta meneruskan nilai-nilai luhur kepada generasi muda,” pungkasnya.

Tokoh Adat Tegaskan Karnaval Tari Ngigel Bukan Pelecehan Tradisi

Bandar Lampung – Para tokoh adat Kota Bandar Lampung menegaskan bahwa pelaksanaan Karnaval Budaya Tari Ngigel yang digelar Pemerintah Kota bukan merupakan bentuk pelecehan terhadap tradisi adat Lampung. Sebaliknya, kegiatan tersebut dinilai sebagai bentuk nyata pelestarian budaya daerah.

Pernyataan itu disampaikan langsung oleh para penyimbang dan perwatin adat se-Kota Bandar Lampung dalam konferensi pers pada Selasa, 5 Agustus 2025. Pernyataan ini menjadi respons atas isu miring yang beredar terkait penyelenggaraan karnaval tersebut.

Yakub, tokoh adat dari Anek Langkapura yang bergelar Radin Kepalo Migow, menyatakan bahwa Karnaval Tari Ngigel merupakan panggung budaya, bukan prosesi sakral adat.

“Kami, masyarakat adat Kota Bandar Lampung bersama warga Balau dan seluruh tiuh anak pekon di 20 kecamatan, menyatakan bahwa acara puncak peringatan HUT Kota berupa Karnaval Budaya Tari Ngigel telah digelar dengan koordinasi yang baik bersama penyimbang dan perwatin se-Kota Bandar Lampung,” tegas Yakub.

Sebagai tokoh adat Lampung Marga Abung, Yakub mengaku bangga atas terselenggaranya festival tersebut di Alun-alun Kota. Ia juga menyampaikan apresiasi atas perhatian Walikota Eva Dwiana terhadap budaya Lampung.

“Kami masyarakat adat senang karena Bunda Eva peduli terhadap adat dan budaya Lampung,” ungkapnya.

Menurut Yakub, Tari Ngigel merupakan ruang ekspresi budaya yang terbuka bagi masyarakat, khususnya generasi muda, agar semakin mengenal dan mencintai budaya lokal. Ia memastikan bahwa pelaksanaan karnaval tetap menjunjung nilai-nilai kearifan lokal, serta melibatkan tokoh adat dalam proses perencanaannya.

“Karnaval Budaya Tari Ngigel bukan prosesi adat, melainkan gelar budaya untuk melestarikan warisan Lampung di tengah masyarakat yang majemuk. Ini adalah sarana edukasi budaya, bukan sekadar hiburan,” tambahnya.

Lebih lanjut, masyarakat adat Kota Bandar Lampung juga menyatakan dukungan penuh terhadap program-program pelestarian budaya yang diinisiasi oleh Pemkot, selama tetap menghormati nilai adat dan melibatkan masyarakat adat.

“Kami siap mendukung setiap langkah Pemkot Bandar Lampung dalam memajukan budaya daerah, asalkan tetap menghormati nilai-nilai adat dan melibatkan masyarakat adat dalam pelaksanaannya,” tutup Yakub.

[Rilis]

Pererat Tali Kekerabatan, Marga Buay Belunguh Adakan Pertemuan Besar di Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG – Dalam upaya mempererat hubungan kekeluargaan dan menjaga nilai-nilai adat istiadat, keluarga besar Saibatin Marga Kepaksian Buay Belunguh Paksi Pak Skala Brak menggelar kegiatan silaturahmi pada Sabtu, 2 Agustus 2025.

Kegiatan yang berlangsung khidmat ini menjadi ajang berkumpulnya para tokoh adat, perwakilan raja-raja, serta masyarakat Buay Belunguh dari berbagai daerah, termasuk dari Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan warga yang menetap di Kota Bandar Lampung.

Pererat Tali Kekerabatan, Marga Buay Belunguh Adakan Pertemuan Besar di Bandar Lampung

Hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya:

  1. Muhammad Yanuar Firmansyah gelar Suttan Junjungan Sakti
  2. Hj. Yusnani Barlian PN gelar Ratu Indoman Marga
  3. Perwakilan Raja-raja dari marga Buay Belunguh Jak Kenali Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus serta Warga Buay Belunguh yang berada di Kota Bandar Lampung.

Dalam sambutannya, Ina Dalom Hj. Yusnani Barlian PN menegaskan bahwa Paksi Pak Skala Brak terdiri dari empat paksi utama: Buay Belunguh, Buay Pernong, Buay Bejalan di Way, dan Buay Nyerupa. Ia menekankan bahwa tidak ada paksi lain di luar empat tersebut yang termasuk dalam struktur adat resmi Paksi Pak Skala Brak.

Pererat Tali Kekerabatan, Marga Buay Belunguh Adakan Pertemuan Besar di Bandar Lampung

“Empat Paksi ini bersatu dalam semboyan: Bersatu Tidak Bersekutu, Berpisah Tidak Bercerai,” ujar Hj. Yusnani.

Sementara itu, Suttan Junjungan Sakti Buay Belunguh, Drs. Yanuar Firmansyah, mengumumkan penunjukan generasi penerus adat, yakni Erik Budiman Utama yang menyandang gelar Pangeran Djaya Lampung III, serta Muhammad Mahatir sebagai pemapah.

Pererat Tali Kekerabatan, Marga Buay Belunguh Adakan Pertemuan Besar di Bandar Lampung

Ia juga menekankan pentingnya menjalin silaturahmi lintas generasi demi menjaga eksistensi dan kelestarian adat istiadat Saibatin Marga Buay Belunguh.

“Silaturahmi ini adalah amanat leluhur yang harus terus dirawat oleh anak cucu agar adat tetap hidup dan dihormati dalam kehidupan masyarakat,” kata Yanuar Firmansyah.

Kegiatan ini sekaligus menjadi penanda semangat bersama keluarga besar Buay Belunguh untuk terus menjaga marwah adat dan memperkuat persatuan dalam bingkai budaya Lampung yang luhur.

Pernikahan Agung dan Penganugerahan Gelar Adat di Ngambur, Dang Ike: Pelestarian Budaya Lampung

Ngambur, Pesisir Barat – 23 Juli 2025 hari yang tercatat sebagai salah satu momentum bersejarah dalam peradaban adat Lampung. Di Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, dua peristiwa besar berlangsung bersamaan dan menyedot perhatian publik: pernikahan agung putra Sai Batin Marga Ngambur serta penganugerahan gelar adat tertinggi kepada tokoh nasional, Irjen Pol (Purn) Dr. H. Ike Edwin.

Keduanya tidak sekadar seremoni, tetapi pernyataan tegas akan pentingnya menjaga identitas budaya Lampung Saibatin di tengah derasnya arus modernisasi.

Pernikahan Putra Mahkota: Simbol Martabat dan Kesucian

Prosesi adat pernikahan agung (nayuh) antara Gustian Sapta Ningrat, S.H. bin A. Rianda Farsiansyah, putra mahkota dari Sai Batin Marga Ngambur, dengan Liya, S.H. binti Pirlana, berlangsung penuh khidmat dan sarat makna simbolik.

Arak-arakan pengantin dimulai dengan Awan Geminser, simbol kehormatan dan kemurnian martabat keluarga Saibatin, lalu dilanjutkan dengan Jejalan Andak—hamparan kain putih sebagai lambang kesucian dan status keluarga.

Prosesi puncak, Lalamak Titi Kuya Jambat Agung, menjadi sorotan utama. Dalam ritual ini, telapak kaki pemimpin tidak menyentuh tanah, tetapi diinjakkan di atas alas khusus, sebagai wujud pengabdian rakyat terhadap pemimpinnya.

Gema gendang, gong, kelittang, dan syair adat mengiringi seluruh rangkaian acara yang dipenuhi ribuan masyarakat berpakaian adat lengkap. Hadir pula tokoh adat dari seluruh wilayah Pesisir Barat, termasuk para Sai Batin dari 15 marga, Bupati dan Wakil Bupati, serta tamu kehormatan nasional.

Gelar “Penyimbang Marga Tuha Raja Lampung” untuk Irjen Pol (Purn) Ike Edwin

Di tengah prosesi adat, Sai Batin Marga Ngambur memimpin sidang adat khusus yang menganugerahkan gelar adat tertinggi kepada Irjen Pol (Purn) Dr. H. Ike Edwin, S.IK., S.H., M.H., M.M., atau akrab disapa Dang Ike Edwin.

Berdasarkan hasil musyawarah adat, beliau dinilai berjasa besar dalam menjaga nilai, martabat, dan warisan budaya Lampung. Gelar “Penyimbang Marga Tuha Raja Lampung” diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi lintas-marga dan perannya dalam memperkuat eksistensi budaya adat di tingkat nasional.

Dengan balutan busana adat kebesaran, Dang Ike Edwin menjalani prosesi sumpah adat dan menerima piagam serta penyematan simbolik dari pemimpin adat Marga Ngambur.

Seruan Kritis: Budaya Adat Terancam Punah

Dalam sambutannya, Dang Ike Edwin menyampaikan keprihatinan mendalam atas masa depan budaya Lampung.

“Mungkin 30 tahun ke depan, kita tidak akan lagi melihat semangat gotong royong dalam penayuhan. Tradisi memasak bersama, mempersiapkan kayu bakar, bisa jadi hanya tinggal cerita,” ujarnya lantang namun penuh keprihatinan.

Pernyataannya menjadi alarm keras tentang erosi nilai-nilai adat seperti cangget dan sambayan, yang kini mulai tergerus oleh modernitas dan perubahan gaya hidup.

Hal senada disampaikan Suttan Jaya Kesuma IV, pemimpin Kepaksian Buay Bujalan, yang turut hadir dalam prosesi. Ia menegaskan bahwa menjaga adat adalah amanah luhur dan tugas kolektif seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah.

Seruan untuk Pemerintah: Aksi Nyata Pelestarian Budaya

Suttan Jaya Kesuma IV menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah, khususnya Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Barat, untuk:

  • Mengintegrasikan muatan lokal budaya dalam kurikulum pendidikan,

  • Memberikan dana dan fasilitas untuk kegiatan adat,

  • Menyediakan pelatihan tradisi seperti menenun tapis, bermain musik, tari, dan bahasa Lampung,

  • Mendokumentasikan kearifan lokal,

  • Memberikan insentif kepada pelaku budaya,

  • Dan menyisipkan nilai-nilai adat dalam proses pembangunan.

“Budaya adalah identitas dan pondasi karakter masyarakat. Tanpa itu, kita kehilangan arah,” tegasnya.

Simbol Persatuan dan Harapan Masa Depan

Acara ditutup dengan tradisi makan bejambangan, yaitu makan bersama seluruh tamu dan masyarakat. Hidangan khas Lampung disajikan sebagai simbol persatuan, persaudaraan, dan syukur. Tradisi ini sekaligus menegaskan kembali semangat sakai sambayan (gotong royong), nilai utama dalam kehidupan masyarakat adat.

Peringatan 23 Juli 2025 di Ngambur menjadi bukan hanya panggung budaya, tetapi juga momen kebangkitan dan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan leluhur. Simbol-simbol adat seperti Lalamak Titi Kuya Jambat Agung mengingatkan bahwa adat bukan sekadar tradisi, tapi nyawa dari peradaban itu sendiri.

Ristiadi : Kilas Balik Berdirinya Desa Kibang, Jangan Lupakan Sejarah Desanya

Lamtim | Desa Kibang Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur, adakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon turune wahyu makoto romo, dengan dalang Ki Rohmad Susanto, dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke 76 serta bersih Desa, berlangsung di lapangan sepak bola Dusun 6 Mulyosari, Senin (21/7/2025).

Pj. kepala Desa Kibang, Ristiadi menjelaskan singkat Kilas balik berdirinya desa Kibang yaitu pada tahun 1949, pada masa itu Desa Kibang dikenal dengan nama Dusun Pulau Payung, yang saat ini menjadi Dusun 1 di Desa Kibang. Dan pada saat itu Desa Kibang masih menjadi bagian dari desa Rejomulyo ( Metro Selatan ) Kecamatan Metro Kabupaten Lampung Tengah.

Dusun Pulang Payung inilah cikal bakal berdirinya sebuah desa yaitu desa Kibang yang dikemudian hari berkembang menjadi bagian penting terbentuknya Kecamatan Metro Kibang, masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Timur.

“Seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan masyarakat, pada 27 Maret 1969, berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Lampung Nomor 6/8/B.I/D/1969, Desa Kibang resmi ditetapkan sebagai desa definitif dengan kepala Desa bapak M.Harun, beliaulah kepala desa pertama,” jelas Ristiadi.

Selanjutnya, Ristiadi mengungkapkan, secara berturut – turut tongkat astafet kepimimpinan di desa Kibang dipegang oleh para tokoh terbaik dari warga desanya.
Pemilihan kepala Desa pertama berlangsung pada tahun 1971 dan M.Saumi terpilih menjadi kepala desa berikutnya hingga tiga priode.

“Berkaca pada perjalanan sejarah itu, kita belajar bahwa pembangunan desa bukan hasil kerja satu orang atau dua orang, tapi buah dari kerja keras secara kolektif masyarakat, tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, petani dan semua lapisan masyarakat yang dengan penuh cinta kasih merawat desa ini,”ungkapnya.

Dikatakan Ristiadi, momentum bersih Desa ini sebagai momen intropeksi diri membersihkan hati dari rasa iri dengki, memperkuat tali persaudaraan serta membulatkan tekad untuk membangun desa Kibang kearah yang lebih baik.

“Untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat mari kita sama-sama belajar dari sejarah desa Kibang yang penuh makna dan perjuangan. Jangan sampai kelak di kemudian hari generasi penerus melupakan sejarah desanya, tidak mengenal tokoh-tokoh yang telah berjuang keras untuk mendirikan dan membangun desa Kibang, dari sebuah dusun kecil menjadi sebuah desa yang besar maju, makmur, sejahtera dan religi,”pungkas Ristiadi.| (Gun).

Dang Ike Gelar Silaturahmi Tokoh Adat Saibatin dan Pepadun: Perkuat Persatuan, Lestarikan Budaya Lampung

Lampung — Tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat Lampung, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M., atau akrab disapa Dang Ike, menggelar silaturahmi bersama para Pemangku Adat Lampung Saibatin dan Penyimbang Tuha Raja di kediamannya, Lamban Gedung Kuning (LGK), pada Minggu (20/7/2025).

Kegiatan ini mengangkat tema “Merawat dan Melestarikan Adat Budaya Lampung serta Memperkuat Persatuan Suku Lampung yang Bermartabat dan Bermanfaat.” Dalam sambutannya, Dang Ike menegaskan pentingnya menyatukan kekuatan antara tokoh adat Saibatin dan Pepadun untuk menjaga kekayaan budaya Lampung di tengah tantangan zaman.

“Sudah saatnya tokoh adat Saibatin dan Pepadun bersatu untuk melestarikan adat dan budaya. Jangan sampai kita terpecah belah,” ujar Dang Ike.

Ia mengajak seluruh tokoh adat untuk tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga berkontribusi nyata bagi kemajuan daerah, terutama dalam menanamkan nilai-nilai adat kepada generasi muda.

“Lampung punya piil pesenggiri, punya harga diri. Mari kita jaga bersama dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan jati diri kita. Jangan sampai anak cucu kita tidak lagi mengenal adat orang tuanya karena terpengaruh pergaulan bebas,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Dang Ike juga menyoroti fenomena meningkatnya jumlah kelompok LGBT di Lampung yang kini mencapai sekitar 20 ribu orang, menurut beberapa sumber. Ia menilai hal tersebut sebagai ancaman serius terhadap nilai-nilai budaya dan moral masyarakat Lampung.

“Fenomena ini menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk para Saibatin dan Pennyimbang Tuha Raja. Kita tidak bisa membiarkannya. Para tokoh adat dan aparat hukum harus bertindak tegas sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.

Senada dengan itu, Tokoh Adat dari Kabupaten Pesawaran sekaligus Anggota DPRD Provinsi Lampung, Mustika Bahrum, turut menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Ia menilai keberadaan LGBT sebagai bentuk penyimpangan yang tidak hanya dilarang oleh adat, tapi juga agama.

“Adat Lampung sangat menjunjung tinggi nilai kesusilaan. Kita harus bersama-sama menjaga generasi muda agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas, apalagi sampai terlibat dalam praktik LGBT,” ucapnya.

Mustika juga memberikan apresiasi atas inisiatif Dang Ike yang mempertemukan tokoh adat Saibatin dan Pepadun untuk memperkuat sinergi dan membangun masa depan adat Lampung.

“Kita bisa mencontoh Bali, bagaimana adat dan budaya dijaga, dikembangkan, hingga menjadi daya tarik wisata. Lampung juga punya potensi besar, tinggal bagaimana kita kelola bersama,” tuturnya.

Acara silaturahmi tersebut dihadiri oleh sedikitnya 37 perwakilan tokoh adat dari kedua unsur, yang menyatakan komitmen untuk terus menjalin komunikasi dan kebersamaan demi memperkuat persatuan serta memperjuangkan kemajuan budaya Lampung.

Sebagai simbol persatuan, acara diakhiri dengan saling tukar tanda pin antara tokoh adat Saibatin dan Pepadun, sebagai bentuk kebersamaan dan semangat kolaborasi lintas adat di Provinsi Lampung.

Danlanud Bun Yamin Disambut Dang Ike di Lamban Gedung Kuning, Kenangan Masa Kecil Mengalir Hangat

BANDAR LAMPUNG — Suasana hangat dan penuh kekeluargaan menyelimuti Lamban Gedung Kuning (LGK), kediaman milik tokoh adat Lampung, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M., atau yang akrab disapa Dang Ike, di Jalan Pangeran Suhaimi, Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung, Kamis  malam (10/7/2025).

Kehadiran Danlanud (Komandan Lapangan Udara) Pangeran M. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., beserta istri, Ny. Rissa Oktav, yang baru menjabat dua minggu, menjadi momen istimewa. Kunjungan ini diterima secara adat dan penuh penghormatan oleh keluarga besar Lamban Gedung Kuning dalam tradisi anjausilau, penyambutan kehormatan khas Lampung.

Diawali Pengenalan Benda Sejarah

Dang Ike saat mengenalkan benda-benda sejarah pada masa Kerajaan Lampung. dok. Lampung7.com
Dang Ike saat mengenalkan benda-benda sejarah pada masa Kerajaan Lampung. dok. Lampung7.com

Pada awal kunjungan, Dang Ike bersama istri, dr. Hj. Aida Sofina mengenalkan kepada rombongan Danlanud Pangeran M. Bun Yamin tentang benda-benda sejarah dan kisah-kisah pada masa Kerajaan Lampung.

Nuansa Emosional dan Sejarah yang Dalam

Dalam sambutannya, Dang Ike membagikan kisah personal yang menyentuh. Ia mengenang masa kecilnya bersama adik-adiknya yang tumbuh besar di lingkungan Lanud Bun Yamin, Menggala, Tulang Bawang. Lanud tersebut, menurutnya, bahkan mengambil nama dari ayah kandungnya, H. Bun Yamin, seorang pahlawan Lampung yang telah mengabdikan hidupnya untuk bangsa dan tanah kelahirannya.

“Kunjungan ini bukan hanya menyambut seorang pejabat militer, tapi juga menyambut keluarga. Saya merasa tersentuh karena Lanud Bun Yamin punya nilai historis yang mendalam dalam hidup saya,” ujar Dang Ike, yang juga dikenal sebagai tokoh adat dan mantan Kapolda Lampung fenomenal.

Silaturahmi Lintas Profesi dan Organisasi

Rombongan Danlanud Bersama Keluarga Besar Lamban Gedung Kuning. Foto: dok Lampung7.com
Rombongan Danlanud Bersama Keluarga Besar Lamban Gedung Kuning. Foto: dok Lampung7.com

Penyambutan ini turut dihadiri sejumlah tokoh dan perwakilan organisasi masyarakat, media, advokad serta profesi lainnya. Dalam kesempatan itu, Dang Ike memperkenalkan organisasi wartawan yang hadir seperti Komite Pewarta Independen (KoPI) dan PWDPI, serta organisasi masyarakat Laskar Lampung Indonesia (LLI), Organisasi Advokad, IPHI dan Gham Baylam.

Dang Ike yang juga menjabat sebagai Dewan Penasehat di berbagai organisasi tersebut, menyebut kehadiran para tokoh ini sebagai bentuk solidaritas dan penghargaan terhadap tamu kehormatan dari militer.

“Ini adalah bentuk sinergi antara adat, masyarakat sipil, dan institusi pertahanan. Sebab dalam membangun daerah, semua unsur harus bergerak bersama,” ujarnya.

Sambutan Danlanud: Terharu dan Terhormat

Danlanud PM. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., saat memberikan sambutan. Foto: dok Lampung7.com
Danlanud PM. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., saat memberikan sambutan. Foto: dok Lampung7.com

Dalam sambutannya, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas sambutan penuh adat dan kehangatan tersebut. Ia mengaku tidak menyangka akan disambut dengan sedemikian megah dan penuh makna.

“Saya sangat tersentuh. Sambutan ini menunjukkan betapa kuatnya akar budaya dan nilai kekeluargaan di Lampung. Ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan dalam pengabdian saya,” kata Danlanud.

Ia juga menyampaikan komitmennya untuk terus membangun sinergi antara TNI AU dengan masyarakat Lampung, khususnya dalam mendukung ketahanan wilayah udara dan peran sosial kemasyarakatan.

Simbol Persaudaraan: Cinderamata Pesawat Tempur

Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike. Foto: dok. Lampung7.com
Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike. Foto: dok. Lampung7.com

Sebagai penutup, Letkol Oktavianus memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike sebagai bentuk penghormatan dan simbol persaudaraan.

Acara diakhiri dengan sesi foto bersama yang memperlihatkan suasana akrab antara pejabat militer, tokoh adat, organisasi wartawan, dan organisasi  lainnya yang hadir. Momentum ini memperkuat komitmen bersama dalam menjaga persatuan, budaya, dan kehormatan sebagai jati diri bangsa.

Penampilan Anggun Nindya Nafisya Putri Warnai Pembukaan Festival Krakatau 2025

Bandar Lampung — Pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung, berlangsung meriah dan penuh nuansa budaya. Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela, Sekretaris Deputi Kemenparekraf RI Nova Arisne, Ketua TP-PKK Lampung Purnawa Wulan Sari Mirza, serta Sekda Provinsi Lampung Marindo Kurniawan.

Dengan mengangkat tema “Nemui Nyimah”—falsafah budaya Lampung yang berarti menyambut tamu dengan ramah dan memuliakan—pembukaan festival menampilkan beragam pertunjukan budaya, termasuk parade busana adat oleh model-model muda.

Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat bersama Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, saat pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.
Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat bersama Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, saat pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.

Salah satu penampilan yang mencuri perhatian datang dari Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat yang tampil anggun mengenakan busana adat Lampung. Nindya merupakan putri dari Bendahara Ikatan Wartawan Online (IWO) Provinsi Lampung, Mala Sari, dan momen ini menjadi sangat emosional bagi keluarganya.

“Biasanya almarhum suami saya, Riko Amir, selalu hadir dan mendampingi saat Nindya tampil. Hari ini, penampilan ini kami persembahkan untuk beliau,” ujar Mala dengan haru, mengenang sang suami yang semasa hidup menjabat sebagai Ketua PW IWO Lampung.

Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat, saat acara pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.
Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat, saat acara pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.

Usai tampil, Nindya juga berkesempatan berfoto bersama Gubernur Lampung Iyai Mirza dan Ketua TP-PKK Purnawa Wulan Sari Mirza, menambah kebanggaan atas keterlibatannya dalam ajang budaya bergengsi tersebut.

Festival Krakatau sendiri merupakan agenda tahunan Pemprov Lampung yang bertujuan mempromosikan kekayaan budaya dan pariwisata daerah. Tahun ini, keterlibatan generasi muda seperti Nindya menjadi bukti bahwa pelestarian adat dan budaya Lampung terus berlanjut lintas generasi.

Festival Krakatau 2025 Resmi Dibuka, Lampung Usung Semangat “Nemui Nyimah”

LAMPUNG – Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 tahun 2025 resmi dibuka secara meriah di Lapangan Korpri, Komplek…