JAKARTA – Pasokan BBM jenis bensin (gasoline) di sejumlah SPBU swasta, terutama milik Shell Indonesia dan BP-AKR, masih mengalami kelangkaan. Kondisi ini terjadi sejak akhir Agustus 2025 dan belum juga teratasi, meski pemerintah telah memberi izin impor BBM.
President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, mengungkapkan produk bensin Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa SPBU. Hal senada disampaikan Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura, yang menyebutkan stok BP Ultimate dan BP 92 juga terbatas.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah sebenarnya telah memberikan tambahan kuota impor bagi badan usaha swasta, yakni 10 persen lebih besar dibanding tahun 2024.
“Kalau masih kurang, silakan beli di Pertamina. Barangnya ada. Ini menyangkut neraca ekspor impor kita,” kata Bahlil, akhir Agustus lalu.
Menurutnya, opsi menambah kuota impor tidak menjadi pertimbangan. Pemerintah justru mendorong sinkronisasi pasokan antara Pertamina dan badan usaha swasta. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan, kelangkaan di SPBU swasta dipicu pergeseran permintaan akibat pembelian BBM bersubsidi Pertamina yang diperketat dengan QR code. Pergeseran itu diperkirakan mencapai 1,4 juta kiloliter.
Meski kondisi ini berdampak pada operasional hingga pekerja di SPBU swasta, jawaban Bahlil tetap konsisten. Ia meminta perusahaan swasta melakukan kolaborasi dengan Pertamina.
“Kalau masih ada kekurangan, kita minta untuk kolaborasi dengan Pertamina. Ini soal hajat hidup orang banyak, jadi negara harus mengontrol agar semuanya tetap berjalan baik,” tegasnya di Istana Negara, Senin (15/9).