Pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB Diwarnai Walk Out dan Aksi Protes

NEW YORK – Pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Jumat (26/9/2025), menuai beragam respons dari para delegasi.

Sejumlah perwakilan negara memilih meninggalkan ruang sidang saat Netanyahu mulai berbicara, sementara beberapa lainnya tetap berada di tempat, termasuk delegasi dari Amerika Serikat dan Guinea.

Di luar gedung PBB, aksi unjuk rasa juga berlangsung. Massa mengibarkan bendera Palestina serta membawa spanduk bertuliskan “Hentikan Bantuan AS ke Israel” dan “Bebaskan Semua Orang Palestina”. Aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di tengah konflik yang masih berlangsung.

Salah satu peserta aksi, Al-Sharif Nassef, mengatakan unjuk rasa dilakukan untuk menolak kehadiran Netanyahu di forum internasional tersebut.

“Kami mendukung langkah hukum internasional atas dugaan pelanggaran yang terjadi,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

Reaksi Hamas dan Negara Peserta

Sikap walk out sebagian delegasi menuai tanggapan dari Hamas. Melalui penasihat medianya, Taher al-Nunu, Hamas menyebut aksi tersebut mencerminkan meningkatnya isolasi diplomatik terhadap Israel dan tumbuhnya dukungan global bagi hak rakyat Palestina.

“Pemboikotan itu menunjukkan meningkatnya solidaritas internasional terhadap perjuangan rakyat Palestina,” kata Taher seperti dikutip AFP.

Isi Pidato Netanyahu

PM Israel Netanyahu berpidato di ruang sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa. Foto: youtube/United Nations
PM Israel Netanyahu berpidato di ruang sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa. Foto: youtube/United Nations

Meski diwarnai protes, Netanyahu tetap menyampaikan pidatonya di hadapan Sidang Umum PBB. Dalam pernyataannya, ia menanggapi kecaman dari sejumlah negara terkait konflik di Gaza dan menegaskan Israel akan terus melanjutkan operasi militernya.

Menurut Netanyahu, beberapa negara yang secara terbuka mengkritik Israel sebenarnya tetap menjalin komunikasi dan kerja sama di bidang keamanan.

“Banyak pemimpin yang secara pribadi berterima kasih atas upaya intelijen Israel dalam mencegah serangan teror di negara mereka,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Netanyahu juga menyinggung langkah sejumlah negara yang telah mengakui kemerdekaan Palestina, seperti Kanada, Inggris, Prancis, dan Portugal. Ia menyebut pengakuan tersebut sebagai langkah yang keliru.

“Pengakuan itu bukanlah solusi. Justru memperumit upaya perdamaian,” katanya.

Konflik dan Dampaknya

Massa demo pro-Palestina di New York membawa gambar PM Israel Benjamin Netanyahu, Jumat (26/9/2025) waktu setempat. Foto: Carlos Barria/REUTERS
Massa demo pro-Palestina di New York membawa gambar PM Israel Benjamin Netanyahu, Jumat (26/9/2025) waktu setempat. Foto: REUTERS

Netanyahu kembali menyinggung serangan 7 Oktober 2023 yang disebut menewaskan lebih dari seribu orang di pihak Israel. Namun, di sisi lain, data internasional menunjukkan jumlah korban jiwa di Gaza mencapai lebih dari 65 ribu orang akibat serangan balasan.

Menanggapi tuduhan genosida, Netanyahu menyatakan pihaknya telah memperingatkan warga sipil untuk berpindah ke lokasi aman sebelum serangan dilakukan. Meski demikian, laporan lembaga internasional menunjukkan sejumlah serangan turut mengenai fasilitas publik seperti pengungsian, sekolah, dan rumah sakit.

Netanyahu menegaskan operasi militer Israel masih akan berlanjut.

“Berkat keteguhan rakyat kami dan keberanian pasukan kami, Israel bangkit dari masa paling gelapnya. Namun perjuangan kami belum selesai,” ujarnya menutup pidato berdurasi sekitar 45 menit tersebut.

Tulis Komentar Anda