JAKARTA – Menteri Agama Nasaruddin Umar menyoroti persoalan klasik yang masih dihadapi pesantren di Indonesia: minimnya anggaran operasional, meski menjadi tujuan utama banyak orang tua untuk mendidik anak-anak mereka.
Menurut Nasaruddin, kepercayaan masyarakat terhadap pesantren sangat tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan dukungan dana yang memadai.
“Masyarakat terlalu mempercayakan anak-anaknya kepada pondok pesantren. Tapi itu tidak berbanding lurus dengan anggaran yang dimilikinya,” ujarnya di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Selasa (7/10).
95 Persen Pesantren Mandiri, Dukungan Pemerintah Terbatas
Ia mengungkapkan sekitar 95 persen pesantren dikelola secara swasta, yang selama ini cenderung terlalu mandiri dalam mencari sumber dana. Sementara itu, anggaran dari Kementerian Agama masih sangat terbatas karena lebih banyak dialokasikan ke sektor pendidikan madrasah.
“Tradisi pesantren itu tawaduk, terlalu mandiri. Tapi sekarang, harus lebih proaktif mencari anggaran,” kata Nasaruddin.
42 Ribu Pesantren Hadapi Keterbatasan Anggaran
Nasaruddin menegaskan bahwa hingga kini Kementerian Agama belum memiliki anggaran yang cukup untuk mendukung seluruh 42 ribu pesantren di Indonesia. Kondisi ini membuat banyak pesantren harus bertahan dengan kemandirian dan dukungan masyarakat sekitar.
“Kami tidak mendapatkan anggaran yang cukup untuk membiayai 42 ribu pondok pesantren itu,” ujarnya.
Ia berharap pesantren tidak hanya mengandalkan bantuan terbatas pemerintah, tetapi juga lebih aktif menggali sumber pendanaan lain agar pengelolaan pendidikan bisa lebih baik di masa depan.