Lampung – Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Workshop on FABLAB-Based Innovation in 3D Learning Media secara hybrid, pada Kamis, 20 November 2025.
Kegiatan ini dibuka secara resmi Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi (PKSI), Prof. Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A., yang juga dihadiri sejumlah narasumber antara lain Prof. Wonkoo Lee selaku Director of the LUPIC Program dari Sogang University, Prof. Asep Kadarohman selaku Coordinator of the LUPIC Program dari Universitas Pendidikan Indonesia, serta Triannisa, S.Pd., M.Si. dari UPI Bandung sebagai fasilitator workshop.
Prof. Ayi dalam workshop yang digelar ini menegaskan urgensi pemanfaatan teknologi FABLAB, pencetakan 3D, serta digital fabrication dalam praktik pembelajaran Kimia di Lampung.
Workshop ini menjadi langkah strategis FKIP Unila dalam memperkuat penerapan teknologi pembelajaran serta mendorong kolaborasi nasional dan internasional demi peningkatan kualitas pendidikan.
Menurutnya, integrasi berbagai teknologi tersebut membuka peluang besar bagi guru untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih kreatif, visual, dan interaktif. Hal ini sejalan dengan tuntutan pendidikan masa kini, di mana inovasi dan literasi teknologi menjadi aspek yang sangat penting.
“Integrasi teknologi FABLAB, 3D printing, dan digital fabrication ke dalam praktik pembelajaran memberikan peluang menjanjikan bagi para guru untuk menghadirkan media belajar yang inovatif,” ujarnya.
Prof. Ayi menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menginspirasi para guru Kimia untuk menghadirkan perubahan bermakna di ruang kelas.
Ia berharap workshop ini dapat memunculkan ide-ide baru dan membawa transformasi nyata dalam proses belajar mengajar serta semangat dan dedikasi untuk berperan dalam membentuk generasi ilmuwan dan inovator masa depan.
“Semoga kolaborasi dari berbagai pihak ini terus berkembang dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi dunia pendidikan di Indonesia,” pungkasnya.
Dalam sesi penyampaian materi, Prof. Wonkoo Lee menuturkan program inovasi pusat komunitas yang dibangun melalui kolaborasi ini diharapkan dapat memberi manfaat luas dan berkelanjutan.
Ia menyampaikan, Community Center Innovation Programs yang dibangun diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi perguruan tinggi, tetapi juga menjadi sarana pertukaran pengetahuan yang berkelanjutan, berbagi sumber daya, serta memperkuat komitmen bersama untuk tumbuh dan berkembang.
Melalui pelaksanaan workshop, ia berharap mahasiswa terdorong menjadi pencipta, pemecah masalah, dan inovator yang bertanggung jawab.
“Ketika perguruan terhubung, mahasiswa kita menjadi lebih kuat, penelitian kita menjadi lebih bermakna, dan komunitas kita menjadi lebih tangguh,” ungkapnya.
Prof. Lee menyampaikan apresiasi tinggi terhadap komitmen Unila dalam menyediakan fasilitas dan ruang belajar yang lebih luas bagi mahasiswa. Ia menyatakan upaya tersebut menunjukkan dedikasi yang kuat dalam memperkuat kualitas pendidikan.
“Kami sangat mengapresiasi para penyelenggara atas dedikasi dalam membangun fasilitas seperti ini dan atas komitmen untuk memperluas kesempatan bagi mahasiswa. Hal ini sungguh inspiratif,” ujar Prof. Lee.
Ia juga menekankan, kolaborasi antara OKHE dan OLILA membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk mengembangkan prototipe yang dapat menjawab berbagai permasalahan nyata di kawasan Asia Tenggara.
Menurutnya, pengalaman ini akan menjadi bekal penting bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam penyelesaian isu-isu global.