(Catatan Swadaya Tanjakan Haliyan Ghubok)
Oleh: Ali Rukman
“Persatuan itu ibarat api, jika kita pisahkan ia padam, tapi jika kita satukan ia menyala tak terkalahkan.” — Bung Karno
Dialah Tanjakan/ Teba Haliyan Ghubok. Jalan yang sejak lama menjadi luka terbuka bagi masyarakat, khususnya Pekon Sukarame. Sejak 2017 usulan perbaikannya sudah diajukan, namun selalu saja terhenti sebelum sampai ke tangan keputusan. Luka itu semakin dalam ketika anak-anak sekolah harus jatuh tergelincir, ketika pedagang pulang dengan barang dagangan yang pecah, ketika ibu-ibu ke pasar dengan hati sedih, ketika yang hendak ke rumah sakit mengerang karena guncangan jalan, bahkan ketika petani enggan turun ke ladang karena perjalanan justru membawa kesusahan baru.
Namun luka itu tidak selamanya menjadi luka. Pada akhirnya, ia berubah menjadi kehormatan. Sebab di titik paling gelap, rakyat bangkit dengan cara yang paling terang: persaudaraan. Masyarakat Sukarame tidak menunggu lagi, mereka bergerak. Mereka membawa doa sebagai modal pertama, keringat sebagai biaya utama, dan cinta sebagai perekat segala perbedaan.
Terkumpul Rp108 juta, 288 sak semen, 35 m³ pasir, dan 4,5 m³ split. Dari angka-angka itulah lahir cor beton sepanjang 121 meter, perbaikan ringan di 479 meter jalan, serta Sebelas lampu jalan yang sudah dipasang dari jembatan Hiliyan way ghubok hingga simpang masjid Sukarame. Angka-angka itu bukan sekadar hitungan di buku kas. Ia adalah jejak cinta. Ia adalah doa yang dipadatkan. Ia adalah bukti bahwa rakyat yang bersatu adalah kekuatan yang tak bisa dipatahkan.
Atas nama Team Swadaya, Paksu Qilta Hasan menyampaikan terima kasih. Kepada para donatur yang dermawan, para simpatisan yang peduli, warga yang tak kenal lelah, dan doa setiap hati yang tak pernah berhenti. Terima kasih kepada Pemerintah Lampung Barat (Dinas PU dan Pak Camat) yang hadir menyaksikan rakyat bergotong royong dan memberi semangat. Terima kasih kepada komunitas Ojol Lampung Barat, saudara² kami KBSB (Keluarga Besar Sumatera Barat) Balik Bukit, Persatuan Pedagang Kuliner Balik Bukit (PPKBB) yang turut memberi sumbangan dan dukungan. Terima kasih kepada rekan-rekan Wartawan yang telah menyebarkan informasi, Juga kepada anak² atau adek² Mahasiswa yg masih menempuh pendidikan di luar Lampung Barat Terima kasih atas suportnya smg Allah memudahkan langkahnya dlm menuntut ilmu dan Terima kasih juga kepada rekan-rekan LSM/Ormas yang telah datang menyemangati kami, para pembuat konten yang tak hentinya mengabadikan perjuangan ini.
Kapada para Nitizen semua terimakasih suportnya Terima kasih pula kepada para pesimis—ya, justru kepada kalian—karena nyinyiran itu ternyata menjadi bara yang menyulut api semangat kami. Terima kasih kepada Anggota DPRD Lampung Barat, terutama dari Dapil 1, kepada Anggota DPRD Provinsi Lampung asal Dapil Lampung Barat, serta Anggota DPR RI dari Dapil Lampung I yang mendengar kabar dan bahkan menonton video sederhana warga Sukarame. Bukankah ini bukti bahwa suara rakyat bisa sampai bukan hanya lewat mimbar megah, tetapi juga dari rekaman sederhana yang lahir dari hati tulus?
Maka jadilah jalan ini bukan sekadar jalan. Ia adalah amanah. Ia adalah saksi bahwa persaudaraan lebih kuat daripada segala keterbatasan. Ia adalah bukti bahwa ketika rakyat bersatu, tak ada tanjakan yang terlalu curam untuk dilalui.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Maidah: 2).
Semoga setiap langkah yang melintasi jalan ini menjadi saksi kebaikan. Semoga setiap anak yang berangkat sekolah dengan selamat, setiap pasien yang sampai ke puskesmas tanpa tergelincir, setiap pedagang yang pulang dari pasar dengan bahagia—semuanya menjadi pahala yang terus mengalir. Jalan ini kita bangun dengan keringat di dunia, semoga kelak menjadi cahaya yang menuntun kita menuju kebahagiaan di akhirat. Aamiin.
Dan kepada para pejabat yang datang setelah jalan ini dapat dilalui dengan nyaman, izinkan kami berkata dengan rendah hati: jangan hanya menginjak jalan ini dengan sepatu dinas dan senyum manis, tetapi masuklah pula ke hati rakyat yang pernah berjuang dengan keringat. Sebab kelak, ketika masa pengabdian berakhir, kita semua akan kembali berjalan bersama rakyat, di jalan rakyat, bukan lagi di jalan kekuasaan.