BANGKOK — Hujan deras yang mengguyur Thailand selama sepekan terakhir menyebabkan banjir besar di 16 provinsi, menelan 12 korban jiwa dan memaksa lebih dari 100 ribu keluarga mengungsi. Pemerintah Thailand kini bergerak cepat menyalurkan bantuan dan mengevakuasi warga di wilayah terdampak.
Perdana Menteri Anutin Charnvirakul pada Senin (6/10/2025) memerintahkan pengiriman bantuan darurat ke berbagai daerah yang terendam banjir. Ia menyebut pemerintah terus memantau situasi di lapangan serta memastikan logistik dan bantuan medis sampai tepat sasaran.
“Thailand saat ini menghadapi banjir, badai, dan longsor di berbagai provinsi. Dampaknya sangat besar terhadap properti dan bahkan merenggut nyawa,” ujar Anutin.
Uttaradit Jadi Wilayah Paling Parah
Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Thailand, provinsi Uttaradit menjadi kawasan yang paling parah terendam. Lima warga dilaporkan tewas setelah rumah-rumah mereka disapu air bah.
Seorang warga bernama Sakchai menceritakan detik-detik mencekam saat air naik dengan cepat dan memaksa mereka mencari tempat tinggi.
“Air naik sangat cepat. Kami naik ke atap, tapi atapnya roboh dan kami terpaksa pergi,” ujarnya kepada Reuters.
“Sekarang kami tinggal di kuil,” tambahnya pilu.
Banjir juga melanda wilayah utara, tengah, dan timur laut Thailand, dengan banyak jalan terputus dan jembatan rusak. Ribuan rumah hanyut atau terendam hingga atap, sementara lahan pertanian dilaporkan gagal panen.
Hujan Masih Akan Terus Turun
Pemerintah Thailand memperingatkan bahwa curah hujan tinggi masih akan berlangsung beberapa hari ke depan, meningkatkan risiko banjir susulan dan tanah longsor di sejumlah daerah pegunungan.
Tim penyelamat, militer, dan relawan telah dikerahkan untuk membantu evakuasi warga serta menyalurkan makanan, air bersih, dan kebutuhan dasar lainnya.
Banjir Terburuk Sejak Tahun Lalu
Thailand memang kerap dilanda bencana serupa setiap musim hujan. Tahun lalu, banjir dan longsor di beberapa wilayah menewaskan sedikitnya 22 orang dan menyebabkan kerugian besar bagi sektor pertanian dan infrastruktur.
Pemerintah kini berharap pengalaman tahun lalu dapat mempercepat penanganan dan meminimalkan korban di bencana kali ini.
Banjir tahun ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dan curah hujan ekstrem semakin memperparah risiko bencana di Asia Tenggara. Di tengah penderitaan warga, solidaritas dan gotong royong menjadi kekuatan utama untuk bangkit dari genangan air yang menenggelamkan harapan.