Dimana Wali Kota?

KOTA Bandarlampung masih sibuk seperti biasa. Orang nomor satu di kota Tapis Berseri ini pastinya sibuk dengan agenda rapat kerja, gunting pita, serta memukul gong peresmian!!

Di kantor Wali Kota, agenda tetap padat. Ada banyak hal besar yang harus diurus, banyak urusan yang tentu saja jauh lebih penting dibandingkan mengurusi dua anak kecil yang akan saya jelaskan lebih jauh kedalam tulisan ini.

Di sudut kota, di rumah kecil yang kini terasa semakin sunyi, Muhamad Rai Qabil Aldriando (15) dan Moezza Raiqamahyra Eduardo (6) duduk termenung. Ramadhan tiba, tapi ayah mereka tak lagi menemani. Sementara, sang ibu telah lama pergi ketika virus mematikan Covid-19 merenggut nyawanya.

Bulan suci yang biasanya penuh kehangatan kini berubah menjadi sepi. Kini, tak ada lagi suara ayah yang lembut membangunkan mereka untuk sahur. Hanya keheningan yang menyelimuti rumah kecil ini.

Tangan yang menggandeng mereka ke masjid untuk tarawih, kebersamaan penuh dengan canda tawa keluarga kecil ini tidak ada lagi.

Saat takbir Idul Fitri berkumandang, rumah kecil itu justru terasa semakin hampa. Tak ada pelukan hangat, tak ada suara tawa, Dua anak yatim piatu ini, kini tinggal bersama sang kakek yang tulus merawat, menemaninya serta membesarkannya.

Ayah mereka, Eduardo (46), telah pergi untuk selama-lamanya. Eduardo tewas mengenaskan, kepalanya tertancap pagar besi Masjid Al Hikmah Jl. Padjadjaran, Jagabaya II, Kecamatan Way Halim pada malam 22 Februari 2025 lalu, saat mengendarai sepeda motor di malam hari sekira pukul 20.00 WIB.

Diduga almarhum menghindari lubang, dan terperosok hingga motornya membentur tembok masjid yang di atasnya terdapat pagar besi.

Namun, apakah tragedi ini cukup penting untuk mendapat perhatian? Sepertinya tidak. Di kota yang sibuk ini, ada hal-hal yang dianggap jauh lebih besar. Bandarlampung bukan kota kecil. Ada urusan yang jauh lebih besar ketimbang nasib dua anak yatim piatu ini.

Di lokasi kejadian, Bapak Nano salah satu marbot Masjid Al Hikmah, masih mengingat betul malam tragis itu.

“Ngeri saya, pas melihat matanya tertancap di pagar besi. Posisi duduk di motor, tapi kepalanya miring,” katanya dengan suara lirih.

Ambulans datang satu jam kemudian. Tapi sayang? Nyawa Eduardo sudah melayang.

Di rumah, Moezza, bocah enam tahun yang belum mengerti bahwa tak akan ada lagi ayah yang membelikannya baju lebaran. Tak akan ada lagi ayah yang mengajaknya menuntun menuju masjid saat gema takbir mulai terdengar.

Sementara itu, Rai yang kini harus tumbuh dewasa lebih cepat hanya bisa diam. Mungkin ia sudah tahu, bahwa harapan-harapan kecil itu kini hanya tinggal mimpi.

Di Mana Wali Kota?

Tentu saja, Wali Kota Bandarlampung, Eva Diana tidak perlu repot-repot memikirkan tragedi kecil ini. Ada banyak hal yang lebih penting, rapat, proyek, acara seremoni, hingga pemotongan pita peresmian, serta sibuk mengurusi persiapan mudik lebaran.

Apa pentingnya dua anak kecil yang menangis di rumah kecilnya? Apa urusannya dengan pemerintah? Mereka toh masih bisa makan.

Barangkali, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menunggu agar kisah ini perlahan tenggelam di tengah derasnya berita baru.

Mereka akan tetap duduk di sudut rumah kecil, merasakan sepi di bulan Ramadhan, tanpa ayah yang selalu menemani.

Dan esok, ketika gema takbir menggema, dua anak ini berharap yang tak pasti, menunggu yang mungkin tak akan pernah datang lagi.

Ditulis Oleh A. Rosid

Oleh-Oleh HPN Medan, Kisah Dramatis Bambang Eka Wijaya

  Oleh Herman Batin Mangku* Di kemeriahan HPN Tahun 2023, saya menemukan jejak jurnalis senior Bambang…

Mesuji-Kota Malang, Kabut Itu Menutupi Tinggi Semeru

Oleh: Yu Ekli Merak Banten-Indonesia | 26/11/22 Pagi itu, tatapan tajam pria berkacamata tepat di hadapan…

Durasi 16 Menit, Polisi Ungkap Profesi Pemeran di Video Wanita ‘Kebaya Merah’

  LAMPUNG7COM – Peristiwa | Dalam video yang membuat heboh netter, memperlihatkan wanita berkebaya merah melakukan…

Uang Dipinjam Anak Angkat Belum Juga Dikembalikan, Febrida Wati Memohon Keadilan

LAMPUNG7COM | Persoalan hutang piutang yang menimpa Febrida Wati, SE., M.Si., (57) warga Gang Swadaya, Kota…

Secercah Asa Sang Pejuang (Part II Habis)

Perkenalkan, aku Noor, pemudi yang tumbuh besar di Desa Tinggarjaya, desa yang terletak di Kabupaten Banyumas…

Secercah Asa Sang Pejuang (Part I)

Bermimpilah, dan biarkan semesta berkonspirasi untuk mewujudkannya. Cerita Oleh: Noor Azizah Rahmafani Perkenalkan, aku Noor, pemudi…

Kreativitas Emak-Emak Dalam Pengelolaan Sampah Perlu di Apresiasi

LAMPUNG7COM | Warga beramai-ramai membawa sampahnya menuju rumah Elismawati yang terletak di Jalan Dr. Setia Budi,…

Pemuda Wakatobi: Tetap di Sini atau Melangkah Pergi?

Disaat banyak anak muda pecinta pantai, penyelam dan penjelajah lautan dalam mencantumkan Wakatobi, Sulawesi Tenggara dalam…

Warga Bosel Dikejutkan Temuan Tiga Orang Tewas Tertembak

LAMPUNG7COM | Tiga orang tewas ditemukan tewas tertembak di Desa Saibuah, Kecamatan Posigadan, Kabupaten Bolsel, Sulawesi…