Laba Industri China Melonjak 20,4 Persen di Agustus, Tanda Pemulihan di Tengah Lesunya Ekonomi

BEIJING – Di tengah bayang-bayang perlambatan ekonomi dan krisis sektor properti, industri China justru mencatat lonjakan keuntungan signifikan. Data terbaru Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan, laba industri Negeri Tirai Bambu naik 20,4 persen pada Agustus 2025 dibanding periode sama tahun lalu — berbalik arah dari penurunan 1,5 persen yang terjadi pada Juli.

Secara kumulatif, laba industri China tumbuh 0,9 persen sepanjang Januari–Agustus 2025, setelah sempat merosot 1,7 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.

Kenaikan ini dipicu oleh berbagai langkah pemerintah Beijing menekan perang harga di sektor otomotif, energi surya, dan industri strategis lain. Namun, analis menilai pemulihan ini masih rapuh karena persaingan ketat di pasar membuat margin keuntungan menipis.

Bahkan, raksasa kendaraan listrik BYD melaporkan penurunan laba kuartalan pertamanya dalam 3,5 tahun terakhir, menjadi sinyal bahwa tekanan di sektor manufaktur belum sepenuhnya mereda.

Selain itu, Beijing juga berusaha mengendalikan potensi deflasi produsen dengan membatasi strategi penetapan harga agresif. Meski demikian, permintaan domestik belum sepenuhnya pulih, terutama akibat lesunya pasar properti dan belum stabilnya kondisi ketenagakerjaan.

Dalam laporannya, NBS mencatat:

  • Perusahaan swasta mencatat kenaikan laba 3,3 persen,

  • Perusahaan asing tumbuh 0,9 persen,

  • Sementara perusahaan milik negara (BUMN) justru mengalami penurunan 1,7 persen.

Data ini mencakup perusahaan dengan pendapatan tahunan minimal 20 juta yuan (sekitar USD 2,81 miliar atau Rp 46,9 triliun, berdasarkan kurs Rp 16.703 per dolar AS).

Lonjakan laba Agustus memberikan secercah harapan bahwa dunia industri China mulai menemukan momentum positif. Namun para analis mengingatkan, tanpa pemulihan konsumsi dan stabilisasi di pasar properti, kebangkitan tersebut bisa bersifat sementara.

Tulis Komentar Anda