Pernikahan Agung dan Penganugerahan Gelar Adat di Ngambur, Dang Ike: Pelestarian Budaya Lampung

Ngambur, Pesisir Barat – 23 Juli 2025 hari yang tercatat sebagai salah satu momentum bersejarah dalam peradaban adat Lampung. Di Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, dua peristiwa besar berlangsung bersamaan dan menyedot perhatian publik: pernikahan agung putra Sai Batin Marga Ngambur serta penganugerahan gelar adat tertinggi kepada tokoh nasional, Irjen Pol (Purn) Dr. H. Ike Edwin.

Keduanya tidak sekadar seremoni, tetapi pernyataan tegas akan pentingnya menjaga identitas budaya Lampung Saibatin di tengah derasnya arus modernisasi.

Pernikahan Putra Mahkota: Simbol Martabat dan Kesucian

Prosesi adat pernikahan agung (nayuh) antara Gustian Sapta Ningrat, S.H. bin A. Rianda Farsiansyah, putra mahkota dari Sai Batin Marga Ngambur, dengan Liya, S.H. binti Pirlana, berlangsung penuh khidmat dan sarat makna simbolik.

Arak-arakan pengantin dimulai dengan Awan Geminser, simbol kehormatan dan kemurnian martabat keluarga Saibatin, lalu dilanjutkan dengan Jejalan Andak—hamparan kain putih sebagai lambang kesucian dan status keluarga.

Prosesi puncak, Lalamak Titi Kuya Jambat Agung, menjadi sorotan utama. Dalam ritual ini, telapak kaki pemimpin tidak menyentuh tanah, tetapi diinjakkan di atas alas khusus, sebagai wujud pengabdian rakyat terhadap pemimpinnya.

Gema gendang, gong, kelittang, dan syair adat mengiringi seluruh rangkaian acara yang dipenuhi ribuan masyarakat berpakaian adat lengkap. Hadir pula tokoh adat dari seluruh wilayah Pesisir Barat, termasuk para Sai Batin dari 15 marga, Bupati dan Wakil Bupati, serta tamu kehormatan nasional.

Gelar “Penyimbang Marga Tuha Raja Lampung” untuk Irjen Pol (Purn) Ike Edwin

Di tengah prosesi adat, Sai Batin Marga Ngambur memimpin sidang adat khusus yang menganugerahkan gelar adat tertinggi kepada Irjen Pol (Purn) Dr. H. Ike Edwin, S.IK., S.H., M.H., M.M., atau akrab disapa Dang Ike Edwin.

Berdasarkan hasil musyawarah adat, beliau dinilai berjasa besar dalam menjaga nilai, martabat, dan warisan budaya Lampung. Gelar “Penyimbang Marga Tuha Raja Lampung” diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi lintas-marga dan perannya dalam memperkuat eksistensi budaya adat di tingkat nasional.

Dengan balutan busana adat kebesaran, Dang Ike Edwin menjalani prosesi sumpah adat dan menerima piagam serta penyematan simbolik dari pemimpin adat Marga Ngambur.

Seruan Kritis: Budaya Adat Terancam Punah

Dalam sambutannya, Dang Ike Edwin menyampaikan keprihatinan mendalam atas masa depan budaya Lampung.

“Mungkin 30 tahun ke depan, kita tidak akan lagi melihat semangat gotong royong dalam penayuhan. Tradisi memasak bersama, mempersiapkan kayu bakar, bisa jadi hanya tinggal cerita,” ujarnya lantang namun penuh keprihatinan.

Pernyataannya menjadi alarm keras tentang erosi nilai-nilai adat seperti cangget dan sambayan, yang kini mulai tergerus oleh modernitas dan perubahan gaya hidup.

Hal senada disampaikan Suttan Jaya Kesuma IV, pemimpin Kepaksian Buay Bujalan, yang turut hadir dalam prosesi. Ia menegaskan bahwa menjaga adat adalah amanah luhur dan tugas kolektif seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah.

Seruan untuk Pemerintah: Aksi Nyata Pelestarian Budaya

Suttan Jaya Kesuma IV menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah, khususnya Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Barat, untuk:

  • Mengintegrasikan muatan lokal budaya dalam kurikulum pendidikan,

  • Memberikan dana dan fasilitas untuk kegiatan adat,

  • Menyediakan pelatihan tradisi seperti menenun tapis, bermain musik, tari, dan bahasa Lampung,

  • Mendokumentasikan kearifan lokal,

  • Memberikan insentif kepada pelaku budaya,

  • Dan menyisipkan nilai-nilai adat dalam proses pembangunan.

“Budaya adalah identitas dan pondasi karakter masyarakat. Tanpa itu, kita kehilangan arah,” tegasnya.

Simbol Persatuan dan Harapan Masa Depan

Acara ditutup dengan tradisi makan bejambangan, yaitu makan bersama seluruh tamu dan masyarakat. Hidangan khas Lampung disajikan sebagai simbol persatuan, persaudaraan, dan syukur. Tradisi ini sekaligus menegaskan kembali semangat sakai sambayan (gotong royong), nilai utama dalam kehidupan masyarakat adat.

Peringatan 23 Juli 2025 di Ngambur menjadi bukan hanya panggung budaya, tetapi juga momen kebangkitan dan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan leluhur. Simbol-simbol adat seperti Lalamak Titi Kuya Jambat Agung mengingatkan bahwa adat bukan sekadar tradisi, tapi nyawa dari peradaban itu sendiri.

Ristiadi : Kilas Balik Berdirinya Desa Kibang, Jangan Lupakan Sejarah Desanya

Lamtim | Desa Kibang Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur, adakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon turune wahyu makoto romo, dengan dalang Ki Rohmad Susanto, dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke 76 serta bersih Desa, berlangsung di lapangan sepak bola Dusun 6 Mulyosari, Senin (21/7/2025).

Pj. kepala Desa Kibang, Ristiadi menjelaskan singkat Kilas balik berdirinya desa Kibang yaitu pada tahun 1949, pada masa itu Desa Kibang dikenal dengan nama Dusun Pulau Payung, yang saat ini menjadi Dusun 1 di Desa Kibang. Dan pada saat itu Desa Kibang masih menjadi bagian dari desa Rejomulyo ( Metro Selatan ) Kecamatan Metro Kabupaten Lampung Tengah.

Dusun Pulang Payung inilah cikal bakal berdirinya sebuah desa yaitu desa Kibang yang dikemudian hari berkembang menjadi bagian penting terbentuknya Kecamatan Metro Kibang, masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Timur.

“Seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan masyarakat, pada 27 Maret 1969, berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Lampung Nomor 6/8/B.I/D/1969, Desa Kibang resmi ditetapkan sebagai desa definitif dengan kepala Desa bapak M.Harun, beliaulah kepala desa pertama,” jelas Ristiadi.

Selanjutnya, Ristiadi mengungkapkan, secara berturut – turut tongkat astafet kepimimpinan di desa Kibang dipegang oleh para tokoh terbaik dari warga desanya.
Pemilihan kepala Desa pertama berlangsung pada tahun 1971 dan M.Saumi terpilih menjadi kepala desa berikutnya hingga tiga priode.

“Berkaca pada perjalanan sejarah itu, kita belajar bahwa pembangunan desa bukan hasil kerja satu orang atau dua orang, tapi buah dari kerja keras secara kolektif masyarakat, tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, petani dan semua lapisan masyarakat yang dengan penuh cinta kasih merawat desa ini,”ungkapnya.

Dikatakan Ristiadi, momentum bersih Desa ini sebagai momen intropeksi diri membersihkan hati dari rasa iri dengki, memperkuat tali persaudaraan serta membulatkan tekad untuk membangun desa Kibang kearah yang lebih baik.

“Untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat mari kita sama-sama belajar dari sejarah desa Kibang yang penuh makna dan perjuangan. Jangan sampai kelak di kemudian hari generasi penerus melupakan sejarah desanya, tidak mengenal tokoh-tokoh yang telah berjuang keras untuk mendirikan dan membangun desa Kibang, dari sebuah dusun kecil menjadi sebuah desa yang besar maju, makmur, sejahtera dan religi,”pungkas Ristiadi.| (Gun).

Dang Ike Gelar Silaturahmi Tokoh Adat Saibatin dan Pepadun: Perkuat Persatuan, Lestarikan Budaya Lampung

Lampung — Tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat Lampung, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M., atau akrab disapa Dang Ike, menggelar silaturahmi bersama para Pemangku Adat Lampung Saibatin dan Penyimbang Tuha Raja di kediamannya, Lamban Gedung Kuning (LGK), pada Minggu (20/7/2025).

Kegiatan ini mengangkat tema “Merawat dan Melestarikan Adat Budaya Lampung serta Memperkuat Persatuan Suku Lampung yang Bermartabat dan Bermanfaat.” Dalam sambutannya, Dang Ike menegaskan pentingnya menyatukan kekuatan antara tokoh adat Saibatin dan Pepadun untuk menjaga kekayaan budaya Lampung di tengah tantangan zaman.

“Sudah saatnya tokoh adat Saibatin dan Pepadun bersatu untuk melestarikan adat dan budaya. Jangan sampai kita terpecah belah,” ujar Dang Ike.

Ia mengajak seluruh tokoh adat untuk tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga berkontribusi nyata bagi kemajuan daerah, terutama dalam menanamkan nilai-nilai adat kepada generasi muda.

“Lampung punya piil pesenggiri, punya harga diri. Mari kita jaga bersama dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan jati diri kita. Jangan sampai anak cucu kita tidak lagi mengenal adat orang tuanya karena terpengaruh pergaulan bebas,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Dang Ike juga menyoroti fenomena meningkatnya jumlah kelompok LGBT di Lampung yang kini mencapai sekitar 20 ribu orang, menurut beberapa sumber. Ia menilai hal tersebut sebagai ancaman serius terhadap nilai-nilai budaya dan moral masyarakat Lampung.

“Fenomena ini menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk para Saibatin dan Pennyimbang Tuha Raja. Kita tidak bisa membiarkannya. Para tokoh adat dan aparat hukum harus bertindak tegas sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.

Senada dengan itu, Tokoh Adat dari Kabupaten Pesawaran sekaligus Anggota DPRD Provinsi Lampung, Mustika Bahrum, turut menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Ia menilai keberadaan LGBT sebagai bentuk penyimpangan yang tidak hanya dilarang oleh adat, tapi juga agama.

“Adat Lampung sangat menjunjung tinggi nilai kesusilaan. Kita harus bersama-sama menjaga generasi muda agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas, apalagi sampai terlibat dalam praktik LGBT,” ucapnya.

Mustika juga memberikan apresiasi atas inisiatif Dang Ike yang mempertemukan tokoh adat Saibatin dan Pepadun untuk memperkuat sinergi dan membangun masa depan adat Lampung.

“Kita bisa mencontoh Bali, bagaimana adat dan budaya dijaga, dikembangkan, hingga menjadi daya tarik wisata. Lampung juga punya potensi besar, tinggal bagaimana kita kelola bersama,” tuturnya.

Acara silaturahmi tersebut dihadiri oleh sedikitnya 37 perwakilan tokoh adat dari kedua unsur, yang menyatakan komitmen untuk terus menjalin komunikasi dan kebersamaan demi memperkuat persatuan serta memperjuangkan kemajuan budaya Lampung.

Sebagai simbol persatuan, acara diakhiri dengan saling tukar tanda pin antara tokoh adat Saibatin dan Pepadun, sebagai bentuk kebersamaan dan semangat kolaborasi lintas adat di Provinsi Lampung.

Danlanud Bun Yamin Disambut Dang Ike di Lamban Gedung Kuning, Kenangan Masa Kecil Mengalir Hangat

BANDAR LAMPUNG — Suasana hangat dan penuh kekeluargaan menyelimuti Lamban Gedung Kuning (LGK), kediaman milik tokoh adat Lampung, Irjen Pol (Purn) Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M., atau yang akrab disapa Dang Ike, di Jalan Pangeran Suhaimi, Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung, Kamis  malam (10/7/2025).

Kehadiran Danlanud (Komandan Lapangan Udara) Pangeran M. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., beserta istri, Ny. Rissa Oktav, yang baru menjabat dua minggu, menjadi momen istimewa. Kunjungan ini diterima secara adat dan penuh penghormatan oleh keluarga besar Lamban Gedung Kuning dalam tradisi anjausilau, penyambutan kehormatan khas Lampung.

Diawali Pengenalan Benda Sejarah

Dang Ike saat mengenalkan benda-benda sejarah pada masa Kerajaan Lampung. dok. Lampung7.com
Dang Ike saat mengenalkan benda-benda sejarah pada masa Kerajaan Lampung. dok. Lampung7.com

Pada awal kunjungan, Dang Ike bersama istri, dr. Hj. Aida Sofina mengenalkan kepada rombongan Danlanud Pangeran M. Bun Yamin tentang benda-benda sejarah dan kisah-kisah pada masa Kerajaan Lampung.

Nuansa Emosional dan Sejarah yang Dalam

Dalam sambutannya, Dang Ike membagikan kisah personal yang menyentuh. Ia mengenang masa kecilnya bersama adik-adiknya yang tumbuh besar di lingkungan Lanud Bun Yamin, Menggala, Tulang Bawang. Lanud tersebut, menurutnya, bahkan mengambil nama dari ayah kandungnya, H. Bun Yamin, seorang pahlawan Lampung yang telah mengabdikan hidupnya untuk bangsa dan tanah kelahirannya.

“Kunjungan ini bukan hanya menyambut seorang pejabat militer, tapi juga menyambut keluarga. Saya merasa tersentuh karena Lanud Bun Yamin punya nilai historis yang mendalam dalam hidup saya,” ujar Dang Ike, yang juga dikenal sebagai tokoh adat dan mantan Kapolda Lampung fenomenal.

Silaturahmi Lintas Profesi dan Organisasi

Rombongan Danlanud Bersama Keluarga Besar Lamban Gedung Kuning. Foto: dok Lampung7.com
Rombongan Danlanud Bersama Keluarga Besar Lamban Gedung Kuning. Foto: dok Lampung7.com

Penyambutan ini turut dihadiri sejumlah tokoh dan perwakilan organisasi masyarakat, media, advokad serta profesi lainnya. Dalam kesempatan itu, Dang Ike memperkenalkan organisasi wartawan yang hadir seperti Komite Pewarta Independen (KoPI) dan PWDPI, serta organisasi masyarakat Laskar Lampung Indonesia (LLI), Organisasi Advokad, IPHI dan Gham Baylam.

Dang Ike yang juga menjabat sebagai Dewan Penasehat di berbagai organisasi tersebut, menyebut kehadiran para tokoh ini sebagai bentuk solidaritas dan penghargaan terhadap tamu kehormatan dari militer.

“Ini adalah bentuk sinergi antara adat, masyarakat sipil, dan institusi pertahanan. Sebab dalam membangun daerah, semua unsur harus bergerak bersama,” ujarnya.

Sambutan Danlanud: Terharu dan Terhormat

Danlanud PM. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., saat memberikan sambutan. Foto: dok Lampung7.com
Danlanud PM. Bun Yamin, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., saat memberikan sambutan. Foto: dok Lampung7.com

Dalam sambutannya, Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas sambutan penuh adat dan kehangatan tersebut. Ia mengaku tidak menyangka akan disambut dengan sedemikian megah dan penuh makna.

“Saya sangat tersentuh. Sambutan ini menunjukkan betapa kuatnya akar budaya dan nilai kekeluargaan di Lampung. Ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan dalam pengabdian saya,” kata Danlanud.

Ia juga menyampaikan komitmennya untuk terus membangun sinergi antara TNI AU dengan masyarakat Lampung, khususnya dalam mendukung ketahanan wilayah udara dan peran sosial kemasyarakatan.

Simbol Persaudaraan: Cinderamata Pesawat Tempur

Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike. Foto: dok. Lampung7.com
Letkol Pnb Oktavianus Olga Satya Nugraha, S.M., memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike. Foto: dok. Lampung7.com

Sebagai penutup, Letkol Oktavianus memberikan cinderamata berupa miniatur pesawat tempur kepada Dang Ike sebagai bentuk penghormatan dan simbol persaudaraan.

Acara diakhiri dengan sesi foto bersama yang memperlihatkan suasana akrab antara pejabat militer, tokoh adat, organisasi wartawan, dan organisasi  lainnya yang hadir. Momentum ini memperkuat komitmen bersama dalam menjaga persatuan, budaya, dan kehormatan sebagai jati diri bangsa.

Penampilan Anggun Nindya Nafisya Putri Warnai Pembukaan Festival Krakatau 2025

Bandar Lampung — Pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung, berlangsung meriah dan penuh nuansa budaya. Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela, Sekretaris Deputi Kemenparekraf RI Nova Arisne, Ketua TP-PKK Lampung Purnawa Wulan Sari Mirza, serta Sekda Provinsi Lampung Marindo Kurniawan.

Dengan mengangkat tema “Nemui Nyimah”—falsafah budaya Lampung yang berarti menyambut tamu dengan ramah dan memuliakan—pembukaan festival menampilkan beragam pertunjukan budaya, termasuk parade busana adat oleh model-model muda.

Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat bersama Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, saat pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.
Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat bersama Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, saat pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.

Salah satu penampilan yang mencuri perhatian datang dari Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat yang tampil anggun mengenakan busana adat Lampung. Nindya merupakan putri dari Bendahara Ikatan Wartawan Online (IWO) Provinsi Lampung, Mala Sari, dan momen ini menjadi sangat emosional bagi keluarganya.

“Biasanya almarhum suami saya, Riko Amir, selalu hadir dan mendampingi saat Nindya tampil. Hari ini, penampilan ini kami persembahkan untuk beliau,” ujar Mala dengan haru, mengenang sang suami yang semasa hidup menjabat sebagai Ketua PW IWO Lampung.

Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat, saat acara pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.
Anggun Nindya Nafisya Putri, model cilik berbakat, saat acara pembukaan Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 Tahun 2025 yang digelar Sabtu (5/7/2025) di Lapangan Korpri, Komplek Kantor Gubernur Lampung.

Usai tampil, Nindya juga berkesempatan berfoto bersama Gubernur Lampung Iyai Mirza dan Ketua TP-PKK Purnawa Wulan Sari Mirza, menambah kebanggaan atas keterlibatannya dalam ajang budaya bergengsi tersebut.

Festival Krakatau sendiri merupakan agenda tahunan Pemprov Lampung yang bertujuan mempromosikan kekayaan budaya dan pariwisata daerah. Tahun ini, keterlibatan generasi muda seperti Nindya menjadi bukti bahwa pelestarian adat dan budaya Lampung terus berlanjut lintas generasi.

Festival Krakatau 2025 Resmi Dibuka, Lampung Usung Semangat “Nemui Nyimah”

LAMPUNG – Festival Krakatau (K-Fest) ke-34 tahun 2025 resmi dibuka secara meriah di Lapangan Korpri, Komplek…

ABR-Indonesia dan Manajemen Akarpost.com Kunjungi Lamban Gedung Kuning, Jalin Silaturahmi dan Perkuat Sinergi Hukum

Lampung – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Advokat Bela Rakyat Indonesia (ABR-Indonesia), Hermawan, S.HI., M.H., C.M., SHEL, bersama jajaran Paralegal dan Manajemen Media Akarpost.com, melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman Irjen Pol (Purn.) Dr. H. Ike Edwin, S.I.K., S.H., M.H., M.M., yang akrab disapa Dang Ike, pada Rabu malam (28/5/2025) di Lamban Gedung Kuning (LGK).

Kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan kelembagaan, menjalin sinergi dalam penegakan hukum, serta memberikan dukungan terhadap peran ABR-Indonesia dalam mendorong keadilan sosial di tengah masyarakat.

Turut hadir dalam agenda tersebut sejumlah kader HMI Cabang Bandar Lampung serta para anggota tim paralegal ABR-Indonesia, yang hadir dengan semangat untuk menggali pengalaman kepemimpinan dan mempererat tali silaturahmi dengan tokoh adat Saibatin sekaligus mantan Kapolda Lampung tersebut.

Dalam sambutannya, Hermawan menyampaikan apresiasi tinggi atas sambutan hangat dari Dang Ike. Ia menegaskan bahwa pertemuan ini menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi antar elemen masyarakat sipil dan tokoh hukum nasional.

“Kami mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan Dang Ike menerima silaturahmi ini. Beliau adalah sosok polisi yang sangat dekat dengan masyarakat, dan banyak prestasi beliau yang patut menjadi teladan bagi generasi muda. Kami bangga dan terhormat,” ujar Hermawan.

Sementara itu, Dang Ike dalam pernyataannya berharap agar ABR-Indonesia dan para paralegalnya dapat menjalankan tugas secara profesional dan berintegritas, khususnya dalam membantu masyarakat Lampung mendapatkan akses keadilan yang adil dan tanpa pamrih.

“Saya harap ABR-Indonesia bisa hadir di tengah masyarakat sebagai pengawal keadilan yang sesungguhnya. Begitu pula dengan media Akarpost.com, saya dorong agar menjadi corong informasi yang benar, kredibel, dan menjangkau seluruh pelosok Nusantara,” pesan Dang Ike.

Dalam kesempatan tersebut, ABR-Indonesia juga menyerahkan surat resmi terkait asistensi dan pembinaan hukum, sebagai bagian dari mandat YLHBR-ABR-Indonesia (Yayasan Lembaga Hukum dan Bantuan Rakyat Indonesia). Tujuannya adalah memberikan edukasi serta perlindungan hukum secara profesional kepada masyarakat luas, termasuk para aparat penegak hukum.

Perwakilan ABR-Indonesia menyampaikan harapan agar kolaborasi ini bisa memberikan kontribusi nyata dalam mendorong sistem peradilan yang lebih adil, transparan, dan berpihak pada rakyat.

“Kami percaya bahwa sinergi antara lembaga hukum masyarakat dan tokoh hukum seperti Dang Ike akan memberikan dampak positif dalam upaya mewujudkan keadilan di Indonesia,” pungkasnya.

ABR-Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk terus memperluas jangkauan organisasi melalui pelatihan paralegal yang inklusif, guna memastikan bahwa akses terhadap keadilan dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat di berbagai pelosok tanah air.

Kunjungan Women’s International Club, Kagumi Karya Kreatif Kerajinan Lampung

Lampung – Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, M. Firsada, mewakili Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, menyambut kunjungan…

Delegasi Bandar Lampung Tampilkan Budaya Sang Bumi Khua Jurai di Karnaval Budaya Nusantara

Surabaya – Delegasi Kota Bandar Lampung turut ambil bagian dalam Karnaval Budaya Nusantara yang digelar pada…

Dang Ike dan Pangeran M. Yanuar Firmansyah Hadiri Peringatan 500 Tahun Kesultanan Banten

Serang – Dalam rangka memperingati lima abad berdirinya Kesultanan Banten, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten menggelar seminar nasional dengan tema “Kesultanan Banten: Masa Lalu, Kini, dan yang Akan Datang” pada Rabu, 16 April 2025, di Auditorium Gedung Rektorat Lantai 3 kampus. Acara ini menjadi salah satu bentuk penghormatan atas warisan sejarah dan budaya Kesultanan Banten yang memiliki peran penting dalam perjalanan Indonesia dan peradaban dunia.

Seminar ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari akademisi, sejarawan, budayawan, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Para peserta seminar diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi ilmiah dan budaya mengenai kontribusi Kesultanan Banten dalam sejarah. Salah satu yang menarik perhatian dalam acara ini adalah kehadiran sejumlah tokoh, termasuk Irjen Pol. (Purn) Drs. H. Ike Edwin yang biasa disapa Dang Ike dan Pangeran M. Yanuar Firmansyah, yang turut memberikan dukungan penuh terhadap pelestarian sejarah Banten.

Acara dibuka secara resmi oleh Sultan Banten ke-XVIII, RTB. Hendra Bambang Wisanggeni Suryatmaja, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur Kesultanan Banten sebagai bagian dari warisan budaya yang dapat membangun fondasi spiritual dan moral bangsa. Sultan Bambang Wisanggeni juga menegaskan bahwa Kesultanan Banten adalah simbol kebesaran masa lalu yang tetap relevan bagi kemajuan masa depan.

KH TB Fathul Adzim Cothib, dalam kesempatan ini, menjelaskan bahwa Sultan Hendra Bambang Wisanggeni merupakan keturunan langsung dari Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten. Beliau juga mengungkapkan sistem pewarisan Kesultanan Banten yang mirip dengan sistem monarki Inggris, di mana takhta diwariskan kepada anak laki-laki dari istri permaisuri.

Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Wawan Wahyuddin, M.Pd., menambahkan bahwa kampus memiliki peran strategis sebagai penjaga sejarah dan penggerak budaya lokal. “Kita belajar dari sejarah bukan untuk bernostalgia, tetapi untuk membangun masa depan yang lebih baik,” katanya.

Ketua panitia seminar, Drs. H. Makmun Muzakki, juga menegaskan bahwa acara ini bersifat murni akademik dan tidak bermuatan politik. “Peringatan lima abad ini harus menjadi titik tolak bagi Banten masa depan. Semoga acara ini dapat menjadi tradisi tahunan yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat,” ujar Makmun Muzakki.

Seminar ini juga turut menghadirkan Sultan Lampung dan sejumlah aktivis, akademisi, serta pemerhati budaya dari berbagai daerah. Acara ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang telah berlangsung selama 15 hari penuh.

Sebagai narasumber utama, Mustaqim Asteja, sejarawan dari Kesultanan Cirebon, memaparkan materi berjudul “Pararaton Kesultanan Banten: Refleksi Sejarah 5 Abad”. Dalam paparan tersebut, ia menyoroti peran Banten sebagai pusat perdagangan global sejak abad ke-16. “Banten pernah menjadi kerajaan Islam yang sangat penting di Indonesia, bahkan menjadi pusat ekonomi di Hindia Belanda, dengan pedagang dari Tionghoa, Arab, dan bangsa lainnya yang datang berdagang di sini,” jelasnya.

Selain itu, Prof. Dr. HMA. Tihami, MA menyoroti ketimpangan antara kejayaan Kesultanan Banten di masa lalu dengan kondisi sosial saat ini. Ia mengungkapkan bahwa hilangnya pemangku budaya telah menyebabkan arah masyarakat Banten terombang-ambing. “Banten perlu mengembalikan kedaulatan budaya kepada Kesultanan. Itu adalah identitas aslinya,” tegasnya.

Pembicara lainnya, Prof. Mufti Ali, MA, Ph.D., membahas rekonstruksi sejarah Maulana Hasanuddin berdasarkan empat sumber lokal yang dapat menjadi dasar pelurusan sejarah Kesultanan Banten. Ia menekankan pentingnya merujuk pada dokumen otentik untuk menjaga kebenaran sejarah.

Acara seminar ini dipandu oleh moderator Ahmad Yani, S.Sos., M.Si., dan berjalan dengan sangat aktif. Hasil diskusi ini menghasilkan dua rekomendasi penting yang akan diajukan kepada Presiden Prabowo Subianto. Pertama, pembentukan tim kecil untuk menindaklanjuti rekonstruksi Kesultanan Banten, dan kedua, pelaksanaan lokakarya untuk menggodok hasil kajian tersebut.

Peringatan 500 tahun Kesultanan Banten ini diharapkan tidak hanya menjadi momen perenungan atas kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi momentum untuk kebangkitan dan pembangunan budaya yang lebih baik bagi Banten di masa depan.