Sekum KONI Metro Prihatin Juknis SPMB SMA Tahun 2025 Diskriminasi Terhadap Anak Prestasi Olahraga

Metro | SPMB SMA di Kota Metro memunculkan beragam keluhan dan polemik di tengah masyarakat berkaitan dengan penerimaan murid di Sekolah Unggul dimana sertifikat prestasi olahraga yang terkesan tidak berguna.

Hal tersebut juga memunculkan indikasi dugaan diskriminasi terhadap SPMB Yang memprioritaskan ranking pararel, karena untuk bisa mengikuti test pada Sekolah Unggul salah satunya syarat murid harus masuk dalam perangkingan paralel di SMP tempat murid sekolah.

Seperti yang diungkapkan sekretaris KONI Kota Metro Arif Budi Sulistyo, mewakili ketua KONI Ampian Bustami, bahwa melihat fenomena tersebut, KONI sebagai wadah atlet Olahraga merasa prihatin karena anak-anak atlet prestasi nggak bisa sekolah di sekolah Unggul.

“Di Juknis disebutkan, untuk calon murid yang bisa mendaftar dan ikut test pada sekolah Unggul harus masuk dalam perangkingan paralel pada sekolah asalnya, artinya itu merupakan password untuk bisa daftar ke sekolah unggul,” ucap Arif, di Kantor KONI Kota Metro, Jumat (20/6/2025).

Lebih lanjut, Arif menjelaskan diketahui untuk di Kota Metro ada 2 sekolah Unggul yakni SMAN 1 dan SMAN 3, dan untuk bisa sekolah di SMA Unggul harus mengikuti Test terlebih dahulu.

“Gimana mau ikut test, untuk daftar aja, sudah gugur dipersyaratan karena nggak masuk dalam rangking paralel,”ujar Arif.

Menurutnya, untuk anak-anak murid yang memiliki prestasi olahraga, sangat tidak mungkin mereka memiliki prestasi akademik, sehingganya anak prestasi olahraga merasa kecewa dengan proses SPMB tahun ini.

“Kemarin sebelum pembukaan pendaftaran SPMB, ada orangtua wali calon murid dan anaknya yang punya prestasi dari Cabor Yudo datang kesini kantor Koni, mereka sangat kecewa nggak bisa masuk ke sekolah unggul karena terganjal persyaratan dalam juknis, padahal prestasinya sudah sampai nasional, kita jadi prihatin lihatnya,”ungkap Arif.

“Harusnya juknisnya terpisah, artinya tetep dilakukan test masuk sekolah unggul, tapi tidak juga disatukan dengan anak prestasi akademik, ya mereka disatukan dengan sesama anak prestasi olahraga, sehingga adil, tidak seperti sekarang ini. Jujur, kami sangat prihatin dengan proses SPMB SMA tahun ini, karena anak-anak kami yang punya prestasi olahraga tidak bisa sekolah di sekolah unggul,”imbuh Arif.

Harapannya, untuk tahun depan ada perubahan Juknis yang bisa mengakomodir anak-anak atlet prestasi, sehingga mereka dapat juga masuk ke sekolah unggul.

“Kami sangat berharap kepada Dinas Pendidikan provinsi Lampung, untuk SPMB tahun depan Juknisnya bisa ada perubahan, sehingga anak-anak atlet prestasi tidak merasa Diskriminasi,”pungkas Arif. | (Gun).

Tulis Komentar Anda