Keyakinan Konsumen terhadap Perekonomian Lampung pada Juni 2025 Terjaga di Level Optimis

Lampung – Tingkat keyakinan masyarakat Lampung terhadap kondisi perekonomian Provinsi Lampung tetap terjaga pada Juni 2025. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 107,83, yang masih berada dalam kategori optimis (di atas angka 100), meskipun mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 111,83.

Meskipun melandai, hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat Lampung masih cukup percaya terhadap kinerja perekonomian secara umum. IKK sendiri merupakan indikator yang menggambarkan persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan.

Optimisme Konsumen terhadap Masa Depan Meningkat

Daya tahan IKK pada bulan Juni turut ditopang oleh menguatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mencerminkan pandangan masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan (Desember 2025). IEK Provinsi Lampung pada Juni 2025 tercatat sebesar 119,67, meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 116,00.

Peningkatan IEK ini menunjukkan bahwa konsumen semakin optimis terhadap prospek ekonomi ke depan, terutama dalam hal kondisi usaha dan lapangan kerja. Harapan masyarakat terhadap membaiknya dua aspek tersebut turut menopang persepsi positif terhadap arah perekonomian daerah hingga akhir tahun.

Bank Indonesia menilai, persepsi dan ekspektasi masyarakat yang tetap positif menjadi modal penting dalam menjaga daya beli dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung di tengah dinamika ekonomi nasional maupun global.

Dengan tetap terjaganya keyakinan konsumen, pemerintah daerah dan pelaku ekonomi diharapkan dapat terus mendorong stabilitas serta meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi daerah secara inklusif dan berkelanjutan.

Sinergi Bank Indonesia dan Mitra Strategis Dorong Optimalisasi Ekonomi Syariah di Sumatera

Lampung – Bank Indonesia bersama mitra strategis menegaskan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di wilayah Sumatera. Komitmen ini diwujudkan melalui peluncuran empat program unggulan dalam acara penutupan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2025 yang digelar di Lampung City Mall, Rabu (25/6). Acara tersebut mengusung tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi Regional.”

Empat program unggulan tersebut antara lain:

  1. Perluasan Zona Kuliner Halal, Aman, dan Sehat (KHAS) di 15 wilayah di Sumatera.

  2. Gerakan Sadar Wakaf melalui QRIS Wakaf Run dan Pojok Kopi Wakaf.

  3. Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim di Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan.

  4. Pelatihan Ekonomi Syariah (Training of Trainers) bagi influencer, jurnalis, dan dai-daiyah.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam sambutannya menyampaikan bahwa ekonomi syariah memiliki peran strategis dalam membangun masyarakat yang produktif, inovatif, dan berdaya saing. Ia menuturkan, “Pada 2024, rantai nilai halal (halal value chain) tumbuh 4,0% (yoy) dan menopang sekitar 25% perekonomian nasional. Aset keuangan syariah juga telah mencapai Rp9,9 triliun atau sekitar 45% dari PDB Indonesia.” 

Destry berharap dukungan Bank Indonesia terhadap ekosistem syariah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di kisaran 4,8%–5,6% pada 2025. Rabu, 25/6/25.

Wakil Gubernur Lampung, dr. Jihan Nurlela, M.M., turut mengapresiasi keberhasilan penyelenggaraan FESyar Sumatera 2025. Ia menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi wadah penting untuk memperkenalkan produk unggulan berbasis syariah, meningkatkan literasi masyarakat, serta memperkuat kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah daerah, dan dunia akademik.

FESyar Sumatera 2025 merupakan bagian dari rangkaian menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-12 yang akan digelar di Jakarta pada 8–12 Oktober 2025. Selama lima hari pelaksanaan, dari 21 hingga 25 Juni, FESyar berhasil mencatat berbagai capaian membanggakan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, dalam laporan penutupan menyampaikan sejumlah capaian ekonomi dari acara ini:

  • Total penjualan di area showcase mencapai Rp1,7 miliar

  • Komitmen business matching penjualan sebesar Rp3,6 miliar

  • Pembiayaan syariah hasil business matching mencapai Rp7,1 miliar

  • Dana wakaf produktif yang terkumpul sebesar Rp38 juta

Meskipun ajang FESyar Sumatera 2025 telah resmi ditutup, Bank Indonesia berharap momentum ini dapat terus mendorong akselerasi pengembangan ekonomi syariah secara berkelanjutan di wilayah Sumatera.

Lampung Jadi Tuan Rumah Festival Ekonomi Syariah Sumatera 2025

Lampung — Provinsi Lampung dipercaya menjadi tuan rumah Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2025, sebuah ajang ekonomi syariah terbesar di wilayah Sumatera. Kegiatan ini berlangsung pada 21–25 Juni 2025 di Lampung City Mall, Bandar Lampung.

FESyar diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS). Festival ini merupakan bagian dari rangkaian Road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-12 yang akan digelar pada Oktober 2025 di Jakarta.

“Menjadi tuan rumah FESyar merupakan kehormatan dan kesempatan luar biasa bagi Lampung dalam memperkuat posisi sebagai pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Sumatera,” ujar Kepala BI Lampung, Junanto Herdiawan, dalam pembukaan FESyar, Sabtu (21/6).

Dengan tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Regional”, FESyar 2025 dirancang untuk mengintegrasikan potensi ekonomi syariah dengan penguatan ketahanan ekonomi daerah serta mempercepat inklusi keuangan syariah.

Kepala OJK Lampung, Otto Fitriandy, menekankan pentingnya kolaborasi antarpemangku kepentingan. “Sinergi dan kolaborasi adalah kunci membangun ekosistem ekonomi syariah yang berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif KDEKS Lampung, Ardiansyah, menyebut potensi besar Lampung dalam pengembangan ekonomi syariah. “Lampung memiliki lebih dari 25.000 masjid, musala, dan pondok pesantren. Ini merupakan kekuatan besar untuk membangun sistem ekonomi syariah yang berbasis komunitas,” jelasnya.

FESyar Sumatera 2025 menghadirkan beragam kegiatan, antara lain 13 sesi Sharia Forum, 7 area Sharia Fair, Tabligh Akbar, serta berbagai kompetisi bertema ekonomi syariah. Festival ini menjadi momen penting dalam memperluas pemahaman dan partisipasi masyarakat terhadap ekonomi syariah yang inklusif dan modern.

Kepala Biro Perekonomian Provinsi Lampung, Rinvayanti, menegaskan bahwa ekonomi syariah bukan sekadar alternatif sistem ekonomi. “Ini adalah jalan tengah yang menjunjung keadilan, keberkahan, dan keseimbangan. Nilai-nilai tersebut sangat relevan untuk pembangunan daerah di tengah ketidakpastian global,” ujarnya.

Seluruh rangkaian acara FESyar Sumatera 2025 terbuka untuk umum dan gratis. Masyarakat Lampung dan sekitarnya diajak untuk ikut serta dalam gerakan transformasi ekonomi syariah yang inovatif dan berkelanjutan.

Bank Indonesia Gelar FESyar Sumatera 2025 di Lampung, Perkuat Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah

Lampung – Dalam upaya memperkuat sinergi dan kolaborasi pengembangan ekonomi serta keuangan syariah di wilayah Sumatera, Bank Indonesia menggelar Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2025. Kegiatan ini akan berlangsung pada 21–25 Juni 2025 di Lampung City Mall, Kota Bandar Lampung.

Ketua FESyar Sumatera 2025, Hendra, menyampaikan bahwa penyelenggaraan FESyar merupakan bagian dari strategi penguatan sinergi antar pemangku kepentingan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di tingkat regional. Hal itu disampaikannya dalam acara Bincang-Bincang Bersama Media yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Rabu (18/6).

“Penguatan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder dalam pengembangan ekonomi syariah regional perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan ekonomi keuangan syariah, khususnya di wilayah Sumatera,” ujar Hendra.

Tiga Pilar Utama dan Program Unggulan

FESyar Sumatera 2025 mengangkat tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi Regional”, yang diwujudkan melalui tiga pilar utama:

  1. Pilar Ekosistem Produk Halal

  2. Pilar Keuangan Syariah

  3. Pilar Literasi, Inklusi, dan Halal Lifestyle

Beberapa program unggulan yang akan dihadirkan mencakup:

  • Perluasan Zona KHAS (Kuliner Halal, Aman, Sehat)

  • Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim

  • Gerakan Sadar Wakaf

  • Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah

Inflasi di Lampung Maret 2025 Kembali Masuk Kisaran Sasaran Inflasi 2025

LAMPUNG – Inflasi di Provinsi Lampung pada bulan Maret 2025 tercatat sebesar 1,96% (mtm), mengalami kenaikan dibandingkan periode Februari 2025 yang mengalami deflasi sebesar 0,66% (mtm). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,65% (mtm). Secara tahunan, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Lampung pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,58% (yoy), berbanding terbalik dengan deflasi sebesar 0,02% (yoy) pada bulan sebelumnya dan lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat deflasi 1,03% (yoy).

Inflasi tahunan ini membawa IHK di Provinsi Lampung kembali berada dalam kisaran sasaran inflasi 2025, yakni 2,5% ± 1,0%.

Penyebab utama inflasi pada Maret 2025 adalah kenaikan harga tarif listrik, serta harga bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, dan bayam dengan andil masing-masing sebesar 1,25%; 0,39%; 0,07%; 0,06%; dan 0,05% (mtm). Kenaikan harga tarif listrik dipicu oleh berakhirnya diskon 50% yang diberikan kepada pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 450VA hingga 2.200VA pada Januari hingga Februari 2025. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh berakhirnya masa panen di sentra produksi Jawa Barat, sedangkan harga bawang putih naik karena penundaan realisasi impor. Kenaikan harga beberapa komoditas makanan lainnya juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan selama bulan Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Di sisi lain, inflasi Maret 2025 terhambat oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi, terutama cabai merah, vitamin, cabai rawit, pembersih lantai, dan angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar -0,05%; -0,03%; -0,02%; -0,02%; dan -0,02% (mtm). Penurunan harga cabai merah terkait dengan musim panen cabai yang berlangsung pada Maret 2025, sementara penurunan harga angkutan udara dipengaruhi oleh kebijakan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah untuk harga tiket pesawat menjelang HBKN Idul Fitri.

Ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung memprediksi inflasi IHK di Provinsi Lampung akan tetap berada dalam rentang sasaran inflasi 2,5% ± 1% (yoy) sepanjang tahun 2025. Namun, ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, antara lain terkait Inflasi Inti (Core Inflation) seperti: (i) peningkatan permintaan agregat akibat kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2025 sebesar 6,5%; (ii) kenaikan harga emas dunia karena ketidakpastian geopolitik dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat; (iii) kenaikan permintaan terkait dengan HBKN Idul Fitri. Selain itu, inflasi bahan makanan yang bergejolak (Volatile Food) juga berpotensi meningkat karena (i) kenaikan harga beras pasca panen raya; (ii) musim kemarau yang mulai berlangsung pada Juni 2025 yang berisiko mengganggu hasil panen gogo; (iii) tingginya permintaan bahan makanan terkait dengan implementasi kebijakan makan bergizi gratis (MBG).

Dari sisi harga yang diatur pemerintah (Administered Price), risiko inflasi terkait dengan tarif listrik dan angkutan udara perlu diperhatikan. Kenaikan tarif listrik seiring berakhirnya diskon potongan tarif PLN dan kenaikan harga angkutan udara seiring berakhirnya kebijakan insentif PPN DTP untuk harga tiket pesawat menjadi perhatian.

Melihat perkembangan inflasi terkini dan memperhitungkan risiko yang ada, Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung akan terus menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K, yakni:

  1. Keterjangkauan Harga
    a. Melakukan operasi pasar beras dan SPHP yang terarah dan terfokus.
    b. Memantau harga dan pasokan, khususnya untuk komoditas yang berisiko mengalami kenaikan, seperti bawang merah, bawang putih, dan berbagai buah serta sayuran.
  2. Ketersediaan Pasokan
    a. Memperluas implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK/Non-IHK.
    b. Memperkuat kerja sama antar daerah (KAD) dan intra daerah di Provinsi Lampung untuk komoditas yang berisiko defisit.
  3. Kelancaran Distribusi
    a. Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume dan rute penerbangan.
    b. Menjamin kelancaran operasi pasar melalui implementasi Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar).
  4. Komunikasi Efektif
    a. Melakukan rapat koordinasi mingguan di setiap Kabupaten/Kota untuk menjaga kesadaran terkait dinamika harga dan pasokan.
    b. Memperkuat komunikasi dengan media dan masyarakat guna menjaga ekspektasi positif terkait perkembangan harga dan kecukupan pasokan.