Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Juni 2021 mengalami inflasi yaitu sebesar 0,18% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm) namun lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Juni dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 0,52% (mtm). Sementara inflasi Nasional dan Sumatera pada periode yang sama masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,16% (mtm) dan -0,01% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung masih berada pada rentang sasaran inflasi tahun 2021 sebesar 3±1% yaitu sebesar 2,34% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,33% (yoy) dan 1,76% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Juni 2021 tergolong relatif moderat dan masing-masing menempati urutan ke-22 dan ke-28.
Dilihat dari sumbernya, peningkatan tekanan inflasi pada bulan Juni 2021 didorong oleh peningkatan pada beberapa komoditas seperti mobil, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, daging ayam ras dan obat dengan resep. Kenaikan harga pada komoditas mobil disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen akibat adanya kebijakan penurunan relaksasi PPnBM dari 0% menjadi sebesar 50% yang kemudian direvisi kembali menjadi 0% dan masih menunggu keputusan PMK. Sementara itu peningkatan harga komoditas nasi dengan lauk didorong oleh peningkatan harga pada bahan baku. Di sisi lain meningkatnya harga pada komoditas rokok kretek filter didorong oleh peningkatan harga dari distributor seiring dengan kenaikan tarif dasar cukai sebesar 12,5% di awal tahun 2021. Untuk komoditas daging ayam ras, peningkatan harga disebabkan oleh meningkatnya harga pakan ternak. Sementara itu kenaikan harga pada komoditas obat dengan resep disebabkan oleh peningkatan harga impor bahan baku obat.
Prospek perekonomian Provinsi Lampung tahun 2021 dan 2022 didorong dari sisi permintaan maupun lapangan usaha. Dari sisi permintaan, perbaikan konsumsi rumah tangga didorong pelaksanaan program vaksinasi yang akan meningkatkan keyakinan masyarakat ditengah perbaikan kondisi ekonomi. Disamping itu, peningkatan investasi dipicu pembangunan infrastruktur sekitar JTTS sebagai katalis pertumbuhan kawasan industri baru, serta masih berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional dan prafabrikasi konstruksi jalan dan kereta api. Selain itu, pemulihan ekonomi di Tiongkok dan USA berpotensi meningkatkan permintaan produk olahan komoditas ekspor terhadap kedua negara mitra dagang tersebut. Adanya potensi kenaikan impor barang modal seiring percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan pembangunan infrastruktur daerah mendorong peningkatan impor, disamping juga peningkatan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong sejalan dengan perkiraan terus membaiknya domestic demand.