“Tapi kalau sudah 42 dan nanti bisa mencapai 60 (negara), kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan,” imbuh orang nomor satu di Indonesia ini.
Karena itu, Presiden Jokowi meminta sudah seharusnya Indonesia waspada agar tidak mengalami situasi tersebut. Ia juga meminta para kader PDI Perjuangan untuk berjaga-jaga, meningkatkan kewaspadaan, dan berhati-hati.
“Ada hal yang sangat kita perlukan. Saya kira Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri) tadi sudah mengingatkan kita semuanya tentang itu. Hati-hati mengenai ini, kita tidak berada pada posisi normal,” tegas presiden.
Menurut Jokowi, perubahan kondisi global berpotensi memicu potensi krisis mengerikan di dunia. Di antaranya krisis keuangan, krisis pangan hingga krisis energi.
“Begitu muncul krisis keuangan, masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi, mengerikan. Saya kira kita tahu semuanya, sudah satu, dua, tiga negara yang mengalami hal itu,” jelas Jokowi.
“(Negara) tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli BBM. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli pangan tidak bisa impor pangan karena pangan dan energinya impor semuanya. Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi,” lanjutnya.
Sebagai contoh, harga bahan bakar minyak di Indonesia tergolong rendah, antara lain Pertalite masih Rp7.650 per liter dan Pertamax Rp12.500 per liter. Jokowi sendiri menyebut harga itu bukan harga sebenarnya, dan pemerintah telah bersubsidi sangat besar.
“Hati-hati, ini bukan harga sebenarnya lho, ini harga yang kami subsidi dan subsidinya besar sekali. Saya berikan perbandingan saja, harga bensin, harga BBM di Indonesia, Pertalite tadi Rp7.650, Pertamax Rp12.500-13.000,” beber Jokowi.