Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu meminta pemerintah untuk berhati-hati dalam mengelola utang. Jangan sampai utang yang ada saat ini terus membengkak. Pemerintah juga harus cari cara agar pendapatan negara bisa mengcover semua belanja negara.
Wanita lulusan Universitas Indonesia itu menyarankan pemerintah untuk melakukan tiga hal agar utang tak semakin membengkak. Pertama adalah belanja negara mesti dikelola dengan baik.
“Kita tahu bahwa utang itu meningkat, tapi di akhir tahun anggaran itu ada SILPA. SILPA-nya kan tinggi tiap tahun, kemaren itu dilaporkan SILPA sekitar Rp234 triliun. Ini artinya pengelolaan fiskal terkait utang kurang akurat. Defisit anggaran itu mesti dikurangi,” ucap dia.
Langkah kedua, pemerintah harus melakukan penajaman alokasi anggaran. Belanja negara harus difokuskan pada penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi. “Belanja negara yang non infrastruktur, yang menghabiskan anggaran besar, sebaiknya ditunda dulu untuk mengurangi tekanan pada defisit fiskal.”
Ketiga, pemerintah perlu memperbaiki realisasi anggaran. Sebab, anggaran yang tidak tepat sasaran saat ini masih cukup tinggi. “Bansos misalnya, banyak data yang tidak sinkron. Ada yang sudah meninggal dikasih, ada yang sama sekali belum dapat. Anggaran bansos dikritik terus, bahkan kemaren ada yang dikorupsi. Kemudian BPK juga bilang ada kebocoran UMKM Rp1,8 triliun. Ini memprihatinkan dan harus ada perbaikan,” ucapnya.
Wowww…