Sumber Tarikan SPP dan Dana Bos Masih Tidak Cukup Penuhi Permintaan Gaji Guru SDS Hidayatullah

Menggala | Terbitnya berita atas keluhan guru honorer pada tanggal 07/01/21, terkait dugaan pemotongan langsung gaji Guru Honorer dengan alasan  absensi yang memakai Finger Print  di anggap tidak masuk akal oleh guru di Sekolah dasar Swasta ( SDS ) HIDAYATULLAH, lingkungan Rengas Cendung, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang.

Namun Ust. Sadar Wadi selaku Ketua Yayasan SDS HIDAYATULLAH, membantah atas terbitnya pemberitaan tersebut. Ia mengatakan tidak benar atas pemotongan gaji yang secara langsung oleh pihak Yayasan.
“Kami dari pihak yayasan juga telah memberikan tunjangan kegiatan belajar mengajar ( KBM ), setiap bulannya Rp.150.000, kepada semua guru yang mengajar  di yayasan tersebut,” bantahnya, Jum’at,08/01/2021.
Ia juga mengatakan menurutnya kedisiplinan dan kompetensi mereka, menjadi satu alasan juga melakukan pemotongan Gaji, terutama dikarenakan Covid ini yang membuat pemasukkan sekolah menjadi dikit.
“Menggajih guru itu berdasarkan hitungan, Guru tetap, Guru kontrak, dan Guru calon Pegawai.
Lalu berdasarkan tahun masuk, kemudian berdasarkan pendidikan mulai dari SMA dan sebagainya.Jadi wajar dong, karena mereka hanya melalui Chat WhatsApp, terus share begitu saja pelajaran, lewat WhatsApp sudah selesai.
Maafnya ngomong masuk pagi jam 7:15 – 15:30 dan sebulan 24 hari aktif masuk , itu lah gajih Normal nya, karena ajaran baru hanya dirumah saja  dan belajar hanya melalui Daring Via WhatsApp.” Ujarnya.
Terkesan menyalahkan dampak dari Covid, 
Ust. Sadar Wadi selaku ketua Yayasan mengatakan tidak maksimalnya pembayaran ( SPP ).
“Munculnya Pandemi covid 19 menyebabkan pembayaran SPP dari 100%.
Menurun hanya 80%  saja yang masuk, tidak maksimalnya pembayaran ( SPP ),karena adanya covid. Dimana Pengeluaran gajih untuk semua guru  Rp. 37 juta perbulan tidak sebanding dengan ( SPP ) yang masuk hanya sekitar Rp.20 jutaan saja,” terangnya.
Disisi lain,dikatakan oleh salah satu wali murid An (44), untuk pembayaran keseluruhan dan sudah termasuk SPP dalam setahunnya,
“Total pengeluaran Murid kelas 1 SD dalam setahun kurang lebih Rp.5.000.000, berbeda dengan kelas 2 dan seterusnya Total pengeluaran sekitar Rp.3.000.000 sudah termasuk pembayaran SPP dalam setahun.” jelasnya.
Menyikapi pemberitaan di media,Asep Mulyana selaku kepala sekolah SDS HIDAYATULLAH turut menerangkan klarifikasi kepada media,dirinya mengatakan memang benar adanya pemotongan tersebut dengan alasan pemotongan gaji yang dilakukan menurutnya sesuai dengan absen finger print yang telah aktif digunakan pada bulan 7.
Anehnya keterangan antara kepala sekolah sedikit Berbeda dengan yang di sampaikan ketua yayasan bahwa pada  bulan Juli finger print tersebut baru dibelikan dan sampai bulan Agustus pihak sekolah masih mempelajari sistemnya.
Diterangkan terkait bembagian kuota belajar 
Yang di sampaikan Ust.Sadar Wadi bahwa sekolah sudah  mempunyai kesepakatan  dan kerjasama (MOU ), memorandum of understanding, dengan pihak Telkomsel dan telah membagikan 350 paket kuota kapasitas 10 GB perbulannya yang akan otomatis terisi.
Hal itu, Berbeda dengan pernyataan dari kepala sekolah yang mengatakan baru 1 kali membagikan kuota dan hanya berkapasitas 2 GB.
“Untuk seterusnya kita kan ada paket kuota dari pemerintah pusat yang harus disinkronkan dengan data dapodik dan sampai sekarang masih belum terverifikasi.”Ungkap kepala sekolah.
Menyikapi klarifikasi antara ketua yayasan dan Kepala sekolah yang di nilai berbeda keterangan,Heri Octavia.SH selaku Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forkorindo menjelaskan,”Perlu kita ketahui bahwa untuk pembagian kuota tersebut harus dilakukan berkelanjutan dikarenakan pembelajaran yang dilakukan secara Daring. pembagian kuota harus dibagikan dengan cara berkelanjutan dari setiap sekolah.dan untuk pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan  ( SPP ), yang diperuntukkan untuk biaya operasional sekolah dan menggajih Gajih guru dan di tambah dana Bantuan Oprasional Sekolah ( BOS ),  50% yang dipergunakan untuk keperluan yang sama dengan nominal rincian,
Total pembayaran yang dikeluarkan wali murid kelas 1 dalam setahun dan sudah termasuk pembayaran SPP perbulan yang di kalikan Rp.100.000. = Rp.5.000.000.
Total pembayaran keseluruhan yang di keluarkan wali murid kelas 2 sampai seterusnya dalam setahun termasuk pembayaran SPP =  Rp.3.000.000.
ditambahkan dana Bantuan operasional sekolah (BOS ), dari Rp.306.000.000, dan  50% nya diperuntukkan pembayaran gaji guru dan oprasional sekolah = Rp.153.000.000.
Total keseluruhan pembayaran yang dikeluarkan wali murid  jika dikalikan Rp.3.000.000, dari  340 siswa dalam setahuunya = Rp.1.020.000.000, dan di tambah 50 % dana ( BOS ) Rp.153.000.000 = 1.173.000.000.”terang Heri Octavia.
Meskipun sudah besar pemasukan baik dari SPP maupun BOS, Ketua yayasan  Ust. Sadar Wadi menerangkan bahwa semua itu tidak cukup untuk menggajih semua guru.
“Sebenarnya pembayaran SPP Kemudian di tambah dari dana Bos 50% dimaksimalkannya tidak akan bisa malahan menggajih guru.
Dan Walaupun dimaksimalkan semua dana Bos juga, tidak akan bisa membayar gaji guru.” pungkasnya. | towi

Tulis Komentar Anda