Harimau Sumatera Betina “Si Uni” Koleksi Taman Rimba Jambi Mati: Tak Nafsu Makan-Katarak

Jambi – Seekor Harimau Sumatera betina (Panthera tigris sumatrae) bernama Si Uni, yang menjadi salah satu koleksi…

Aksi Berani Polisi Evakuasi 50 Penumpang saat Bus Pariwisata Terbakar di Tol Cikampek

Cikampek – Sebuah bus pariwisata terbakar hebat di ruas Tol Cikampek, tepatnya di KM 47 B…

Ratusan Mahasiswa Seruduk Rektorat Unila Terkait Meninggalnya Pratama Wijaya

Lampung – Ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Rektorat Unila sebagai bentuk protes dan solidaritas atas meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa Prodi Bisnis Digital angkatan 2024.

Pratama diketahui meninggal dunia pada 28 April 2025 usai mengikuti kegiatan pendidikan dasar (Diksar) organisasi pecinta alam di lingkungan FEB Unila. Dugaan kuat menyebutkan bahwa korban mengalami kekerasan fisik selama kegiatan tersebut.

Dalam aksi yang berlangsung damai ini, mahasiswa membawa berbagai poster berisi seruan keadilan seperti: “Katanya Zona Akademik, Tapi Tempat Aman untuk Kekerasan”, “FEB Krisis Keadilan”, dan “Justice for Pratama”.

Koordinator aksi, Muhammad Zidan Azzakri, menyatakan bahwa unjuk rasa ini merupakan bentuk solidaritas antarmahasiswa sekaligus tuntutan terhadap dekanat untuk bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

“Kami hadir di sini untuk menuntut keadilan bagi Pratama. Berdasarkan bukti rekam medis, pernyataan keluarga, dan dokumen percakapan digital, kami meyakini telah terjadi kekerasan dan intimidasi dalam kegiatan tersebut. Namun hingga kini, belum ada tindakan tegas dari pihak fakultas,” tegas Zidan dalam orasinya.

Zidan juga mengkritisi sikap pasif dekanat yang dinilai sebagai bentuk pembiaran dan pembungkaman terhadap korban dan keluarganya.

Aksi yang digalang oleh aliansi FEB Menggugat ini membawa tujuh tuntutan utama:

  1. Pembubaran organisasi kemahasiswaan yang terbukti melakukan kekerasan dan pelanggaran etika;

  2. Proses hukum dan etik terhadap pelaku;

  3. Klarifikasi terbuka dari dekanat FEB;

  4. Penghentian segala bentuk intimidasi terhadap korban dan mahasiswa lainnya;

  5. Transparansi keuangan organisasi dan kelembagaan;

  6. Evaluasi terhadap kinerja staf dan tenaga kependidikan;

  7. Peningkatan fasilitas penunjang akademik di FEB Unila.

Aksi yang dimulai sejak siang hari berakhir pukul 16.30 WIB tanpa respons resmi dari pihak rektorat maupun dekanat. Mahasiswa menyatakan akan terus mengawal kasus ini hingga keadilan benar-benar ditegakkan.

Dekan FEB Unila Diduga Bungkam Kasus Kekerasan dan Pelanggaran Etik Ormawa, Mahasiswa Gelar Aksi

Lampung — Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi FEB Menggugat menggelar aksi unjuk rasa di pelataran Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), menuntut penyelesaian atas dugaan kasus kekerasan serta pelanggaran etik yang melibatkan organisasi kemahasiswaan (Ormawa).

Aksi dimulai sejak pagi hari, dengan massa berkumpul pukul 08.00 WIB dan mulai bergerak menuju pelataran dekanat pada pukul 10.00 WIB. Demonstrasi ini menyoroti berbagai permasalahan di lingkungan FEB Unila, seperti dugaan kurangnya transparansi, ketimpangan struktural, keterbatasan fasilitas kampus, serta dugaan pembiaran terhadap tindakan kekerasan dan intimidasi yang dilakukan oleh oknum Ormawa.

Isu utama dalam aksi tersebut adalah dugaan tindakan kekerasan disertai intimidasi, yang menurut massa belum mendapat respons tegas dari pihak Dekanat. Para mahasiswa menilai bahwa Dekanat belum menunjukkan upaya perlindungan dan penegakan etika sebagaimana mestinya.

“Berdasarkan bukti rekam medis, kesaksian korban dan keluarga, serta data percakapan digital, telah terjadi kekerasan dan intimidasi. Namun hingga kini, belum ada langkah konkret dari pihak Dekanat. Ini kami nilai sebagai bentuk pembiaran,” ujar Jenderal Lapangan aksi, M. Zidan Azzakri.

Dalam orasinya, massa menyampaikan empat tuntutan utama:

  1. Pembubaran Ormawa yang terbukti melakukan kekerasan dan pelanggaran etik;

  2. Proses hukum dan etik terhadap pelaku;

  3. Klarifikasi publik secara terbuka dari pihak dekanat;

  4. Penghentian segala bentuk intimidasi dan tekanan terhadap korban.

Pertemuan antara perwakilan mahasiswa dan pimpinan fakultas, termasuk Dekan serta Wakil Dekan I dan III yang berlangsung sekitar pukul 10.30 WIB, belum membuahkan hasil signifikan. Mahasiswa menyayangkan penolakan pihak Dekanat untuk menandatangani Pakta Integritas yang mereka ajukan sebagai bentuk komitmen terhadap tuntutan yang disampaikan.

“Penolakan itu mencerminkan sikap tidak serius dalam menyelesaikan masalah ini,” tambah Zidan.

Selain isu kekerasan, mahasiswa juga menyoroti persoalan transparansi pengelolaan dana, perlunya evaluasi terhadap kinerja staf, serta pembenahan fasilitas akademik. Mereka menyoroti khususnya kondisi di Gedung F yang disebut kekurangan pendingin ruangan, proyektor, dan perangkat komputer untuk menunjang kegiatan belajar.

Aksi ditutup pada pukul 12.00 WIB tanpa respons konkret dari pihak kampus. Aliansi FEB Menggugat menyatakan akan melanjutkan perjuangan mereka melalui aksi lanjutan yang direncanakan dalam waktu dekat, serta mengajak seluruh mahasiswa Unila untuk turut terlibat.

“Kami akan terus menekan pihak Dekanat hingga mereka menunjukkan komitmen nyata terhadap keadilan dan transparansi,” pungkas Zidan.

Keluarga Janji Ungkap Keberadaan Aulia dalam Sepekan, Pertemuan Lanjutan Direncanakan

BANDAR LAMPUNG – Harapan baru kembali menguat dalam pencarian Aulia (18), remaja asal Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, yang dilaporkan hilang sejak awal Maret 2025. Dalam pertemuan kekeluargaan yang difasilitasi pihak kepolisian, keluarga dari pihak pria berkomitmen akan memberikan kabar mengenai keberadaan Aulia dalam waktu satu minggu.

Pertemuan yang berlangsung dalam suasana penuh harap ini dihadiri langsung oleh Sakim, ayah Aulia, bersama putranya, Kris Riyandi. Mereka didampingi oleh Kanit Binmas Polsek Telukbetung Timur, Iptu Suhardi, serta dua personel Bhabinkamtibmas, Aipda Alamsyah dari Kelurahan Bakung dan Aipda Andre dari Negeri Olok Gading.

Herman, warga Waylunik Panjang sekaligus paman dari Andika—pria yang diduga memiliki kedekatan dengan Aulia—mengungkapkan kesediaan pihaknya untuk memberikan kabar terbaru dalam waktu dekat.

“Forum keluarga akan memberikan informasi lebih lanjut dalam sepekan ke depan,” kata Sakim, menyampaikan pernyataan Herman.

Hal senada juga disampaikan oleh Iptu Suhardi yang mewakili Kapolsek Telukbetung Timur. Ia menambahkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menjadwalkan pertemuan lanjutan guna menemukan solusi terbaik.

“Insyaa Allah, pertemuan selanjutnya akan digelar di rumah keluarga perempuan di Bakung, meski waktunya belum ditetapkan,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Aulia, anak ketiga dari pasangan Sakim (50) dan Linda (45), dilaporkan hilang sejak Minggu, 2 Maret 2025. Saat itu, sekitar pukul 16.30 WIB, Aulia berpamitan kepada keluarga untuk membeli takjil, namun hingga malam tiba ia tidak kembali ke rumah.

Aulia tinggal di Jalan Banten, Gang Pemuda 2 No. 44, RT 02, LK 11, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat. Sejak kepergiannya, keluarga telah melakukan berbagai upaya pencarian, termasuk melapor ke kepolisian dan menelusuri berbagai kemungkinan, termasuk keterlibatan orang-orang di sekitarnya.

Kini, dengan adanya komitmen dari pihak keluarga pria serta dukungan dari aparat kepolisian, keluarga besar Aulia berharap agar titik terang segera ditemukan dan Aulia dapat kembali ke rumah dalam keadaan selamat. (*)

Dinding Luar Gedung DPRD Pesawaran yang Dibangun Tahun 2013 Berjatuhan

Pesawaran – Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Pesawaran berdampak pada rusaknya salah satu fasilitas vital milik pemerintah daerah. Dinding bagian depan samping Gedung DPRD Kabupaten Pesawaran yang dibangun pada 2013 dilaporkan ambrol pada Jumat (23/5/2025) siang, memicu kekhawatiran akan keselamatan pengguna dan masyarakat di sekitar gedung.

Sekretaris DPRD Kabupaten Pesawaran, Toto Sumedi, langsung mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati area gedung demi menghindari risiko kemungkinan longsoran susulan atau kerusakan lainnya.

“Biar pihak teknis lebih dulu yang mempelajari dan menanganinya,” ujar Toto.

“Kami langsung berkoordinasi dengan pihak teknis agar segera meninjau kondisi bangunan dan memastikan tidak ada risiko lanjutan,” lanjutnya.

Meskipun insiden ini sempat menimbulkan kekhawatiran, aktivitas anggota DPRD tetap berjalan dengan kehati-hatian dan pemantauan ketat terhadap kondisi bangunan.

Dugaan awal menyebutkan bahwa dinding tidak mampu menahan terpaan angin kencang yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan mengenai potensi hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang di wilayah Kabupaten Pesawaran pada hari ini.

Sejumlah wilayah yang disebut berpotensi terdampak cuaca ekstrem antara lain Gedong Tataan, Negerikaton, Tegineneng, Waylima, Padang Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Marga Punduh, Waykhilau, Telukpandan, hingga Wayratai.

“Kami juga terus memantau informasi dari BMKG sebagai langkah antisipatif ke depan. Keselamatan pegawai dan masyarakat menjadi prioritas kami,” tambah Toto Sumedi.

Pemerintah daerah pun turut bergerak cepat dengan melakukan pemeriksaan terhadap infrastruktur lain guna memastikan tidak ada kerusakan yang membahayakan masyarakat di tengah potensi cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.

Sebagai bentuk kewaspadaan, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dan angin kencang, serta menghindari bangunan atau pohon besar yang rawan tumbang.

Kisruh Pembentukan Koperasi Merah Putih di Lampung Utara, Ketua BPD Nyaris Jadi Korban Penganiayaan

Lampung Utara – Rapat pembentukan Koperasi Merah Putih di Desa Surakarta, Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara, pada Jumat (16/5/2025) berakhir ricuh. Diduga, ketegangan dalam forum tersebut nyaris berujung pada aksi penganiayaan terhadap Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Surakarta, Kausar.

Insiden bermula ketika Kausar menyampaikan pendapat dalam rapat agar pembentukan koperasi ditunda. Ia menilai forum belum memenuhi keterwakilan unsur masyarakat karena tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat tidak hadir.

“Pembentukan koperasi ini tidak bisa dilakukan hanya dengan penunjukan, tetapi harus melalui pemilihan yang melibatkan warga. Karena itu saya meminta agar rapat ini ditunda,” kata Kausar dalam forum tersebut.

Rapat yang dihadiri oleh jajaran pemerintah desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta Sekretaris Kecamatan Abung Timur ini, awalnya berlangsung tertib. Namun situasi berubah setelah Kausar berpamitan pulang.

Menurut kesaksian warga bernama Ansori, usai meninggalkan ruang rapat dan menuju kendaraannya, Kausar diduga dikejar oleh oknum Sekretaris Desa (Sekdes) berinisial H yang membawa senjata tajam jenis parang.

“Saya langsung mencoba melerai dan memegang tangan Sekdes agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan. Kejadian itu dilihat oleh banyak warga,” ujar Ansori.

Bhabinsa Wuluyo dan Bhabinkamtibmas Wahyudi yang turut hadir dalam rapat tersebut membenarkan adanya upaya penghadangan dan dugaan percobaan penganiayaan terhadap Kausar.

Merasa terancam, Kausar menyatakan akan melaporkan kejadian ini secara resmi ke Polres Lampung Utara dan meminta perlindungan hukum.

“Saya khawatir kejadian ini bisa terulang dan mengancam keselamatan saya. Saya meminta kepolisian segera mengambil tindakan terhadap pelaku,” tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Sekdes maupun pemerintah desa terkait insiden tersebut.

(Rzk)

Pendaki Meninggal di Puncak Gunung Pesagi, Proses Evakuasi Masih Berlangsung

Lampung Barat – Seorang pendaki dilaporkan meninggal dunia di puncak Gunung Pesagi, Kabupaten Lampung Barat, pada…

Tagih Janji Menikah, Wanita Asal Muba Malah Jadi Korban Penganiayaan

Palembang — Niat seorang wanita asal Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, untuk menagih janji pernikahan…

BGN Telusuri Penyebab Keracunan Massal di Dua Sekolah Cianjur

Cianjur – Badan Gizi Nasional (BGN) tengah menyelidiki dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa di…