Menteri Digital Jepang Nyatakan Perang Lawan Disket dan Teknologi Jadul

LAMPUNG7COM | Menteri digital Jepang Taro Kono Selasa lalu “menyatakan perang” melawan disket model lama dan teknologi jadul lainnya yang masih digunakan oleh sejumlah birokrat.

Kono mengatakan, ada sekitar 1.900 prosedur pemerintah yang masih mengharuskan bisnis untuk menggunakan perangkat penyimpanan, ditambah CD dan mini disc, saat membuat aplikasi atau menyimpan data.

Dia mengatakan peraturan akan diperbarui untuk memungkinkan orang menggunakan layanan daring.

Dikutip BBC Kamis (1/9), meski dikenal sebagai negara berteknologi tinggi yang inovatif, Jepang juga terkenal karena bertahan dengan teknologi yang ketinggalan zaman sebagai budaya kantornya.

Floppy disk – disebut demikian karena produk aslinya dapat ditekuk – dibuat pada akhir 1960-an, tetapi mulai ketinggalan zaman tiga dekade kemudian berkat solusi penyimpanan yang lebih efisien.

Lebih dari 20.000 disk biasa akan diperlukan untuk mereplikasi memory stick rata-rata yang menyimpan 32GB informasi.

Namun warisan perangkat berbentuk persegi ini masih dapat disaksikan hingga hari ini, karena tampilan visualnya menjadi simbol ikon “simpan” hingga kini.

Dalam jumpa pers Selasa lalu itu Kono juga mengkritik penggunaan teknologi usang lainnya di negara itu.

“Saya ingin menyingkirkan mesin faks, dan saya masih berencana untuk melakukannya,” kata dia. Beralih ke perangkat penyimpanan, dia bertanya: “Hari ini di mana orang membeli floppy disk?”

Ini bukan pertama kalinya Jepang menjadi berita utama karena kebiasaan kunonya, padahal negara tersebut mampu mengembangkan produk baru yang menarik.

Literasi digital dan budaya birokrasi dengan sikap konservatif

Berbagai penjelasan telah ditawarkan, termasuk rendahnya literasi digital dan budaya birokrasi dengan sikap konservatif.

Bahkan yang membuat terkejut adalah ketika menteri keamanan siber negara itu mengakui pada 2018 dia tidak pernah menggunakan komputer, dengan mengatakan dia selalu memberikan tugas TI kepada stafnya.

Sampai 2019, penyedia layanan komunikasi pager di Jepang baru menutup layanannya. Pelanggan pribadi terakhir layanan itu mengatakan metode komunikasi seperti itu disukai ibunya yang sudah lanjut usia.

sumber

Tulis Komentar Anda