Oleh: Jeffry Noviansyah (Pemimpin Redaksi LAMPUNG7.COM) Dalam pandangan umum, manusia adalah mahluk sosial, mahluk yang tak…
Kategori: Opini
Masihkah Media Jadi Pilar Keempat Demokrasi?
TELAH lama media massa disebut sebagai pilar keempat demokrasi. Di tengah era digital, di mana media…
Sebaiknya Jokowi Segera Terbitkan Perpres Penundaan Pemilu 2024, Daripada Menerbitkan Perpres Publisher Rights
Oleh: Yono Hartono Wakil Ketua Umum SMSI Pusat Partai Prima, tengah bela diri. Mereka punya hak…
Jangan Sampai Umroh Gratis di Kota Bandar Lampung Jadi Ajang Politisasi (Opini)
Oleh: Panji Nugraha AB, SH. (Sekjend Laskar Lampung – 0852 6984 8484) Tahun politik merupakan tahun…
Negeri dengan Seribu Gengsi
Oleh: Jeffry Noviansyah
Gengsi menurut KBBI adalah kehormatan dan pengaruh, harga diri, serta martabat yang juga sebuah kepercayaan diri, kepercayaan diri yang berkonotasi buruk bagi pelakunya. Karna adanya rasa gengsi akan bisa menjadikan seseorang lebih sombong, arogan bahkan hingga tak disukai oleh banyak orang. Orang yang memiliki rasa gengsi akan sulit untuk berbaur dengan orang lain karena di dalam dirinya sudah memiliki standar pribadi yang ditunjukkan oleh suatu sikap.
Banyak kisah yang telah terjadi, akibat gengsi orang lain dianggap kecil atau bahkan tak ada rasa menghargai. Gengsi juga bisa ada pada diri seseorang dan bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh sifat bawaan dari lahir akibat pola asuh orang tua atau memang disebabkan oleh lingkungan dimana ia berada sehari-hari. Memiliki rasa gengsi kerap dianggap sebagai bentuk meningkatkan harga diri serta status sosial.
Sebagai contoh yang tengah viral, seorang anak pegawai di Ditjen pajak (DJP) Kementerian Keuangan, Jakarta Selatan dengan tega menganiaya anak Pengurus Pusat (PP) GP Ansor dan kini dijerat dengan pasal berlapis yakni Pasal 76c junto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun subsider Pasal 351 ayat 2 tentang penganiayaan berat dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun.
Apa yang salah?
Seorang anak yang hidup dimanja seba kecukupan, dengan kendaraan roda duanya (Moge), Mobil Rubicon, dan bahkan mungkin lebih dari itu. Tentu hal tersebut akhirnya menjadi sebuah gengsi bagi dirinya untuk mengakui bahwa ‘Akulah yang paling hebat dan kuat’.
Hal tersebut hanyalah salah satu contoh peristiwa yang tengah terjadi di negeri ini, sementara rakyat jelatan masih banyak yang menjerit kelaparan, bantuan pemerintah terkadang tak tepat sasaran, geram melihat para aktor bermewah-mewah, hingga meluncur sebuah kata: sangat jauhlah antara langit dan bumi.
Rakyat jelata tak punya gengsi, hanya menjadi ‘Norak’ jika dipaksakan. Rakyat jelatan hanya berfikir bagaimana hari ini bisa makan, bagaimana hari esok bisa terus menghidupi keluarganya, bagaimana bisa membayar segala angsuran, sekolah, listrik, air, dan lain sebagainya.
Walaupun masih juga terlihat banyak masyarakat yang kehidupan ekonominya dibawah rata-rata, hanya karna gengsi mereka harus punya sesuatu yang ter-update dari orang disekitarnya agar mendapat penghargaan diri.
Semoga kita tidak menjadi orang-orang memiliki rasa gengsi yang tinggi hanya untuk sekedar dihargai, bahkan merendah pun kita masih bisa dihargai.
Opini Masyarakat Terhadap Kamtibmas dan Kinerja Kepolisian
PENGARAHAN langsung Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu terhadap 559 pejabat Polri dari unsur Mabes Polri,…
Tidak Ada Istilah Kadaluarsa Terhadap Tanah Milik Adat dan Tanah Milik Ulayat Adat Bagi Masyarakat Hukum Adat
Oleh: Irjen Pol (Purn) DR. H. Ike Edwin S.IK., SH., MH., MM. BAHWA Masyarakat Adat di…
Ada Apa dengan Remaja Kita?
OPINI Oleh: Hidayah Boru Regar. [Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Tingkat Akhir UIN Lampung] Pada satu tahun terakhir…
Peran Yurisprudensi Dalam Perkara Sengketa Hak Atas Tanah
Masalah pertanahan pada umumnya adalah mengenai sengketa hak atas tanah. Sengketa hak atas tanah sekarang ini…
Kekerasan Seksual Pada Perempuan, Salah Siapa? (Opini)
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak…