Pengumuman rezim ini lagi-lagi menjadi pukulan bagi generasi muda Myanmar.
Banyak dari mereka yang pendidikannya terhenti akibat kudeta dan ditutupnya sekolah-sekolah karena pandemi Covid-19.
Pada 2021, junta militer memberhentikan 145.000 guru dan staf universitas lantaran mereka mendukung oposisi. Data ini datang dari Federasi Guru Myanmar.
Beberapa sekolah di area-area yang dikuasai oposisi juga hancur akibat serangan udara.
Tidak sedikit warga akhirnya melarikan diri via perbatasan demi mencari suaka, sebagian dari mereka adalah anak-anak muda yang mencari pekerjaan dan menjadi tulang punggung keluarga.
Pengumuman wajib militer mendapat reaksi dari akun-akun sosial media yang mengaku berencana untuk menjadi biksu atau menikah dini untuk menghindari panggilan militer.
Junta militer sudah mengatakan bahwa pengecualian penuh akan diberikan kepada anggota ordo keagamaan, para istri, orang-orang dengan disabilitas, siapa pun yang dinilai tidak cocok untuk mengabdi ke militer, dan “mereka yang dikecualikan oleh dewan wajib militer”.
Selain kelompok-kelompok ini, melarikan diri dari wajib militer dapat diganjar dengan hukum 3 sampai 5 tahun penjara berikut denda.
Eksplorasi konten lain dari LAMPUNG 7
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.